Mohon tunggu...
Putu Suasta
Putu Suasta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Alumnus UGM dan Cornell University

Alumnus UGM dan Cornell University

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi untuk Semua, Mengenang Wimar Witoelar

21 Mei 2021   15:11 Diperbarui: 21 Mei 2021   15:19 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wimar Witoelar (Sumber: kompas.com)

Mantan juru bicara Presiden ke-4 RI Addurahman Wahid (Gu Dur), Wimar Witoelar meninggal dunia 2 hari lalu. Ketika pertama kali mendapat kabar duka tersebut, spontan saya teringat dengan sebuah acara talk show yang begitu unik dan mencerahkan di tahun 1994-1995 yang ditayangkan di SCTV. Di era itu kita tahu acara bincang-bincang apalagi membahas politik selalu bersifat diplomatis, dalam arti mencari aman, tidak terlalu kritis terhadap pemerintah, sehingga terkesan hanya basa-basi atau pemanis demokrasi yang sesungguhnya sudah di-“setting” sekedar sebuah hiburan rakyat.

Acara yang dipandu Wimar tampil beda karna tampak natural, kritis dan kadang blak-blakan (apa adanya) termasuk ketika menyoroti kebijakan-kebijakan pemerintah. Barangkali karena kekritisan tersebut, talk show yang dipandu Wimar berhenti di tahun 1995. Kendati berumur pendek, saya yakin acara tersebut telah berhasil menyemai pemikiran-pemikiran kritis di kalangan anak-anak muda, terutama mereka yang terlibat dalam pergerakan perjuangan demokrasi.

Salah satu kekhasan acara talk show yang dipandu Wimar adalah narasumbernya yang beragam dari segi latar belakang, profesi, aliran pemikiran dan kategori-kategori lain. Ini sejalan dengan pemikiran Wimar yang kemudian kerap saya ikuti melalui kolom-kolomnya bahwa demokrasi mesti menjadi milik semua orang. Demokrasi bukan hanya milik para elite, karena itu siapapun mesti bisa bersuara dan mesti didengarkan dalam sistem demokrasi. Demokrasi juga bukan privilise mayoritas. Kelompok-kelompok yang berbeda juga mesti didengar aspirasinya dan mesti bisa mengakses pranata-pranata demokrasi.

Pengagum Gus Dur

Kendati secara pribadi saya tidak mengenal Wimar, sudah sejak lama saya tahu bahwa kami sama-sama mengagumi Alm. Gus Dur, salah satu pejuang terbesar demokrasi dan pluralisme Indonesia. Sebagai pengagum Gus Dur, dapat dipahami bahwa pemikiran-pemikiran Wimar juga begitu dekat dengan pemikiran-pemikiran Presiden ke-4  RI tersebut.

Ketika Gus Dur beberapa kali berkunjung ke Bali dan saya terlibat dalam penyambutan serta memoderatori diskusi-diskusi yang dihadirinya, ada kesempatan singkat juga berbicara dengan Wimar (saat itu sebagai juru bicara Presiden) dan segera saya paham bahwa beliau adalah orang yang kritis tetapi sangat tekun menyimak lawan bicaranya. Maka dalam hati saya berkata bahwa Gus Dur telah memilih juru bicara yang sangat klop dengan kepribadian dan pola pikir mantan ketua PBNU itu.

Dalam berbagai kesempatan, Wimar mengaku kepada awak media bahwa menjadi juru bicara Gus Dur merupaka kehormatan terbesar dalam hidupnya. Pengakuan ini dapat dipahami karena nilai-nilai dan garis-garis perjuangan Gus Dur diikuti oleh Wimar sebagaimana tergambar dalam kiprah panjangnya dalam pergerakan perjuangan demokrasi sejak mahasiswa, yakni agar demokrasi benar-benar menjadi milik semua orang dan benar-benar dapat memberdayakan semua orang.

Kini kita telah kehilangan salah satu pejuang dan penjaga demokrasi tersebut. Kita layak menundukkan kepada dalam duka, kemudian tegak meneruskan nilai-nilai yang diperjuangakannya bersama Gus Dur. Semoga jalannya dilapangkan menuju alam keabadian. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun