Mohon tunggu...
Putu Suasta
Putu Suasta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Alumnus UGM dan Cornell University

Alumnus UGM dan Cornell University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Made Wianta Memaknai Waktu di Atas Kanvas

15 Februari 2021   07:18 Diperbarui: 15 Februari 2021   07:34 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mestro Lukis Bali, Made Wiantar (hotdetik.com)

Dalam proyek Catur Yuga, seniman Made Wianta dan Andreas Straub mencoba menyelidiki dan memperdalam fenomena waktu. Mereka, seperti juga seniman lain yang terlibat dalam proyek Catur Yuga ini membahas perputaran waktu yang merupakan dasar  dari gagasan kosmologi Hindu. Menurut mereka, waktu kedewataan tak mengenal permulaan dan akhir. 

Dalam konteks ini waktu secara terus-menerus dan abadi (dalam empat masa waktu dunia/Catur Yuga) berturut-turut menghabiskan dan memperbarui diri. Proses kreativitas berkesenian yang sesungguhnya tak mengenal akhir memiliki kesejajaran gerak dengan konsep Catur Yuga.  Made Wianta dan Andreas Straub, dari ruang dan budaya yang berbeda mencoba menterjemahkan kesadaran akan waktu melalui tangkapan artistik seni rupa. Pada dasarnya pekerja seni ini amat sadar, bahwa waktu itu dibentuk oleh ruang; ruang kemudian mengikat waktu itu menjadi kebudayaan.

Dalam pameran senirupa Catur Yuga inilah dua seniman yang berbeda tersebut hadir, saling merespons dan melengkapi, baik dalam tangkapan intuisi maupun pencatatan spontan. Karya-karya seni rupa (lukisan maupun instalasi) dalam pameran tersebut seakan hendak meraih inti dari kesadaran waktu kosmologi Hindu, tanpa awal dan akhir, bergerak terus berulang memperbarui diri.

Kesadaran akan waktu sebenarnya telah dijalani oleh Made Wianta. Hal itu paling tidak terasa pada penulisan tanggal di setiap kanvasnya,  dan lebih menonjol lagi dalam puisi-puisinya yang nyaris tak pernah melupakan penulisan waktu dan tempat. Ini menggambarkan betapa 'rigid'nya dia  terhadap pemaknaan dan penghargaan terhadap waktu terkait dengan proses kreativitasnya.

Dalam bentuk konkret lainnya, pemaknaan tersebut dilakukan Made Wianta melalui pendokumentasian karya dan tulisannya yang kait-mengait seirama dengan perjalanan kesenimanannya. Namun, dia tak hendak berkata seraya menepuk dada memamerkan dokumentasi catatan prestasinya kepada banyak orang.

Kiat semacam ini menurut hemat saya justru menolong seniman ---atau seorang profesional dalam bidang apa saja--- untuk menemukan celah-celah yang harus ia isi dengan kemungkinan-kemungkinan baru di masa mendatang. Maksudnya, dokumentasi bisa menjadi kaca benggala bagi penggalian gagasan cemerlang untuk penyempurnaan karya yang telah lalu

Made Wianta bersetubuh dengan waktu melalui pencatatan karyanya yang intens selama 22 tahun (1977-1999). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun