Mohon tunggu...
Putu Suasta
Putu Suasta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Alumnus UGM dan Cornell University

Alumnus UGM dan Cornell University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mungkinkah Menuju Bali Baru? Refleksi HUT ke-61

14 Agustus 2019   11:36 Diperbarui: 14 Agustus 2019   11:56 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bali baru ialah pilihan sikap yang berpijak pada entitas Bali namun dengan perspektif baru. Artinya, pilihan membawa Bali ke masa depan lebih awas secara intelektual, memeriksa segala kemungkinan yang datang ke Bali dan membangun soliditas masyarakat Bali lebih smart, lebih menguatkan dan memberdayakan segala potensi sumber daya masyarakat Bali. 

Tak ada yang lebih penting mulai hari  ini adalah menyelamatkan Bali, menyelamatkan budaya dan potensi para pengusungnya. Dengan bekalkenyataan bahwa sebagian orang Bali telah menggenggam kesejahteraannya, maka kinilah saatnya dibangun perspektif baru tentang masa depan Bali menuju Bali baru yang lebih cemerlang.

Bali baru tentu tak bermaksud mengubah jati diri, entitas dan kultur warisan. Justru kekayaan-kekayaan inilah yang menjadi bekal utama bagi orang Bali dalam menuju Bali baru itu. 

Inti dari cita-cita ini adalah hanya terletak pada keinginan untuk lebih memberdayakan orang Bali itu sendiri, awas terhadap segala kemungkinan dampak dari suatu nilai-nilai yang datang dari luar.  

Bali baru adalah terbangunnya kesadaran untuk tak lagi 'menjual' Bali semena-mena. Dengan terbangunnya kesadaran moral, intelektual dan kultural bagi orang Bali, maka Bali sedikit banyaknya akan terselamatkan.

Betapa banyaknya potensi kultural dan edukasi yang tertanam dalam nilai-nilai yang diwariskan leluhur orang Bali, dan itu masih tertanam kuat baik itu dalam cerita-cerita rakyat, lontar, prasasti, sejarah maupun dalam kreasi-kreasi yang genial orang Bali itu sendiri. Inilah hal kuat yang menjadi harapan orang Bali menuju Bali baru. 


Kita lihat misalnya, Jepang telah menjadi satu dari negara yang diperhitungkan modernitasnya, namun tradisi dan kearifan lokalnya masih terjaga dengan baik hingga kini. Karena bagaimana pun, tradisi adalah jati diri, entitas yang spesifik dari keberanian untuk menjadi diri-sendiri.

Sekali lagi, sinergi pemerintah daerah dan masyarakat adalah syarat mutlak untuk mewujudkan rencana menuju Bali baru, bahu-membahu sesuai peran dan kapasitasnya. Dan kebijakan-kebijakan Gubernur Bali I Wayan Koster kini telah terlihat bibit-bibit penguatan potensi budaya Bali, jati diri yang dengan cemerlang mulai dikedepankan. Sementara masyarakat adat juga mulai berbenah, menata wewenang dan program-program desanya dan menyadari arti penting potensi masyarakat adat. 

Karena itu, mari membangun Bali baru dengan semangat kejatidirian sebagai orang Bali dengan semangat kearifan leluhur, satu di antaranya saya kutip dari pengawi agung Bali, Ida Pendanda Made Sidemen, sebagai penutup tulisan ini; nandurin karang awak: menjadikan diri sendiri sebagai sumber kehidupan! (PS/26072019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun