Mohon tunggu...
Putu Suasta
Putu Suasta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Alumnus UGM dan Cornell University

Alumnus UGM dan Cornell University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mungkinkah Menuju Bali Baru? Refleksi HUT ke-61

14 Agustus 2019   11:36 Diperbarui: 14 Agustus 2019   11:56 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman di tengah Kota Denpasar (dok. pribadi)

Hari ini Bali genap berusia 61 tahun sebagai suatu bagian wilayah administratif dalam tubuh NKRI. Namun perjalanan sejarah Bali sebagai suatu kesatuan masyarakat budaya telah lebih panjang dan berliku. Dengan segenap pengalaman baik dalam kerangka pencapaian maupun kegagalan serta pahit-manis perjalanan sejarah, saatnya kini bertanya secara reflektif "mungkinkah kita melangkah menuju Bali Baru?".

Bali baru ialah pilihan sikap yang berpijak pada entitas Bali namun dengan perspektif baru. Artinya, pilihan membawa Bali ke masa depan lebih awas secara intelektual, memeriksa segala kemungkinan yang datang ke Bali dan membangun soliditas masyarakat Bali lebih arif, lebih menguatkan dan memberdayakan segala potensi sumber daya masyarakat Bali.

Keniscayaan Perubahan

 Sebagaimana segala sesuatu yang berubah atau akan berubah, Bali juga termasuk di dalamnya. Kesadaran ini menempatkan kita pada satu kesadaran: yang bisa dipertahankan maka dipertahankan! Perubahan ialah niscaya, tapi kita bisa memilih untuk menuju  perubahan yang lebih baik. Pilihannya hanya di situ; menjadi buruk atau sebaliknya. Inilah pilihan yang dihadapi Bali mulai dari hari ini hingga ke depan.

Mengapa Bali harus menyikapi dirinya dari waktu ke waktu? Apakah ini semacam 'pemujaan' yang berlebih atas kecongkakan kultural yang karenanya merasa diri paling agung, baik dan istimewa? 

Jika kita mau arif---dan sesungguhnya begitu banyak kearifan yang diwarisi leluhur Bali---maka akan kita temui mengapa manusia Bali harus mempertahan dirinya dari gempuran-gempuran nilai tanpa harus kehilangan diri, tanpa harus nyapa kadi aku (arogan), tanpa keinginan untuk diistimewakan.

Bali adalah sebuah sejarah yang panjang. Sebagai sebuah perjalanan, ia lekat dengan perubahan-perubahan. Sejumlah abad dalam perjalanan Bali dengan karakteristik pengusungnya memperlihatkan, ada yang begitu kuat dipertahankan hingga hari ini, ialah apa yang disebut tradisi dan keteguhan berpegang kepada filosofi leluhur. 

Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa adalah suatu keajaiban ketika masyarakat Bali sanggup mempertahankan warisan nilai yang terbungkus dalam tradisi komunal.

Dalam sejumlah perjalanan sejarah, kita tahu ada suku-suku yang begitu kuat tradisi dan budayanya, pada akhirnya lenyap sama sekali, atau tersisa menjadi serpihan-serpihan komunitas yang tak lagi bisa mengembangkan budaya dan local genius-nya. 

Suku Inca, Astec, Maya, untuk menyebut suku-suku yang kini hanya tersimpan dalam ingatan sejarah, adalah bukti bahwa zaman bisa 'menelan hidup-hidup' suatu budaya dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun