Mohon tunggu...
didik Barakuda
didik Barakuda Mohon Tunggu... Bukan apati namanya melakukan tidakan yang dibebankan pada tanggungjawab orang lain, itu cerdas dalam bentuk lain Sign Qua Non condisio

Aquarius

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selada Air dan Bebatuan

2 Mei 2020   15:17 Diperbarui: 2 Mei 2020   15:10 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Brata _ Melihat hamparan menghijau penuh harapan .. kesenjangan diantara kitaIkut libur sekolah, menikmati sisi hidup yang berbeda.Salah satu yang paling menarik adalah menikmari hamparan tanaman selada air.

Sayuran ini sangat spesial buat saya, bukan hanya karena kandungan nutrisi yang termasuk hebat dibanding sayuran lain, tp bagi pecinta tanaman, selada air ini adalah tanaman indikator: dia hanya mau tumbuh di air yang kualitas terbaik. Maka biasanya selada air tumbuh di aliran air yang tidak jauh dari sumber mata air. Dan informasi dari petani, asap kendaraan juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jadi hanya sepeda motor yang boleh lewat di sekitar tempat tumbuhnya, mobil boten pareng. Bila suatu tempat masih bisa tumbuh selada air hampir bisa dipastikan kualitas udara dan air di situ masih baik.

Tapi mata air semakin berkurang. Pertumbuhan penduduk mengurangi luas lahan terbuka hijau, mengurangi pepohonan yang akarnya menangkap dan menjagai air hujan yang merembes ke tanah, sementata permukaan tanah pun di semen.

Berharap sekali pemerintah desa setempat atau universitas dapat mengirim mahasiswa KKN untuk membuka wawasan soal daun air dan bahwa hidup bersahaja itu mulia, arif, bijaksana keren. Karena akar dari semua maslaah lingkungan adalah konsumerisme.

Pertumbuhan ekonomi tanpa peningkatan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan dan kearifan sosial, rasanya hanya mengganti satu keprihatinan ke keprihatinan lain..

Menanam (dokpri)
Menanam (dokpri)
Rugi sekali bila pemerintah hanya mengejar pertumbuhan ekonomi bila masyarakatnya menangani penyakit flu anaknya saja sudah sangat heboh, tidak paham bagaimana hubungan manusia dengan mikroorganisma dan gejala-gejalanya, untuk mencegah dan mengatasi sakit, padahak ini sesuatu yang sangat biasa dalam hidup sehari-hari. ( den Brata)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun