Mohon tunggu...
Putu Djuanta
Putu Djuanta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keen on capital market issues, public relations, football and automotive | Putu Arya Djuanta | LinkedIn | Yatedo | Twitter @putudjuanta | https://tensairu.wordpress.com/ | https://www.carthrottle.com/user/putudjuanta/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Die Cast, Dulu dan Kini

3 Juni 2015   13:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Indonesia, die cast bukanlah hal baru bagi kolektor pernak-pernik otomotif. Meski saat ini peredarannya tidak sepopuler batu akik, die cast sudah mengikuti ketentuan SNI dan semakin variatif. Saya sendiri sudah mengoleksi beberapa model die cast, mulai dari tipe klasik hingga concept car – prototype. Memasuki era digital, die cast juga sudah dipasarkan di sejumlah situs e-commerce.

Sejak dulu, die cast selalu dibuat persis seperti model aslinya. Tidak jarang ditemukan label “officially licensed by [nama produsen]". Sehingga bisa dikatakan, die cast adalah “perkenalan” dunia otomotif buat anak-anak di atas 3 tahun. Pada umumnya, die cast dibuat dari merek mobil terkenal seperti Toyota, Honda, Porsche, Ferrari, Lamborghini, BMW dan lain-lain.

Menurut data Economist Intelligence Unit (2014), ASEAN merupakan pasar ke-5 terbesar untuk penjualan kendaraan. Di ASEAN sendiri, die cast merek Matchbox dan Hot Wheels sudah diproduksi oleh Thailand dan Malaysia di bawah lisensi Mattel. Umumnya, harga sebuah die cast untuk mobil skala 1:64 berkisar antara Rp.24,900,- sampai Rp.49,900,-.

Majorette, produsen mainan asal Prancis yang telah berusia lima puluh tahun, punya cara tersendiri untuk membangkitkan rasa penasaran para kolektor die cast. Di tengah persaingan ketat dengan produsen terkenal seperti Hot Wheels, Matchbox, Tomica dan RMZ City, Majorette merilis daftar Limited Edition series I yang terdiri dari 9 mobil sport.

Dari belahan Eropa, daftar tersebut diwakili oleh Audi R8, Mercedes Benz SLS, Porsche GT3, Renault Alpine DeZir, Genty Akylone serta duo Lamborghini Reventon dan Gallardo. Pabrikan Amerika, Ford termasuk beruntung dengan masuknya Mustang Boss sebagai wakil tunggal dari negeri Paman Sam. Beralih ke Asia, Nissan ikut meramaikan daftar dengan Skyline GTR kebanggaannya.

Dari 9 pilihan yang ada, saya memilih die cast Nissan GTR. Di toko yang saya kunjungi, stok Nissan GTR menjadi yang paling laris dibandingkan model lainnya. Sebagai informasi, Nissan GTR memang populer seiring berkembangnya situs YouTube dan film bertemakan otomotif seperti Fast & Furious. Di samping desain yang futuristik, performa GTR bisa mencapai top speed 333 km/jam.

Sepintas, hobi die cast memang terkesan monoton dan sulit dipamerkan layaknya koleksi batu akik. Meskipun begitu, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari hobi ini, antara lain (1) dijadikan objek fotografi, (2) pajangan rumah dan (3) hadiah kenang-kenangan. Pernah ada kalimat, mulailah sesuatu dari hal kecil. Mungkin saja, die cast bisa jadi motivasi awal untuk memiliki mobil impian. 

Salam Kompasiana.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun