Mohon tunggu...
Putri Yuniarti
Putri Yuniarti Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hubungan Internasional Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak ASEAN-China Free Trade Agreement Terhadap Perekonomian Indonesia

21 Maret 2024   22:10 Diperbarui: 21 Maret 2024   22:14 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) merupakan perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara anggota ASEAN dan Tiongkok yang memiliki tujuan untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan integrasi regional di Asia Tenggara. Perjanjian tersebut mulai berlaku pada tahun 2010 setelah beberapa tahun mengalami tahap implementasi. 

ACFTA bertujuan untuk mengurangi atau menghapuskan tarif bea masuk antara negara-negara ASEAN dan Tiongkok untuk sebagian besar barang dagangan. Hal ini memberikan akses pasar yang lebih besar bagi produk-produk dari kedua belah pihak, meningkatkan perdagangan intra-regional, dan mendorong integrasi ekonomi di kawasan ASEAN dan Tiongkok.

ACFTA mencakup kerjasama dalam berbagai bidang yaitu, investasi, layanan, dan kerjasama yang mencakup ekonomi di dalamnya. Hal tersebut dapat mencakup pembukaan pasar bagi investasi asing, penyederhanaan prosedur perdagangan, harmonisasi peraturan perdagangan dan investasi. Setelah diberlakukannya ACFTA, perdagangan yang terjadi antara negara-negara ASEAN dan Tiongkok telah mengalami perubahan yang signifikan. 

Tiongkok menjadi mitra perdagangan terbesar ASEAN, sementara itu ASEAN juga merupakan mitra perdagangan penting bagi Tiongkok. ACFTA banyak memberikan banyak manfaat ekonomi bagi keduanya, termasuk peningkatan investasi, pertumbuhan ekspor, dan penciptaan lapangan kerja bagi kedua belah pihak. 

Akan tetapi, ACFTA juga memiliki tantangan dan kritik dari berbagai pihak yang mengkhawatirkan perjanjian tersebut dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam perdagangan antara ASEAN dan Tiongkok. Juga kekhawatiran mengenai ketergantungan ekonomi pada Tiongkok serta tantangan dalam implementasi perjanjian, yaitu harmonisasi peraturan dan penanganan non-tarif barriers. Sebagai contoh bagaimana dampak ACFTA tersebut bagi negara-negara yang bersangkutan, hal tersebut dapat dilihat dalam dampak ACFTA bagi perekonomian di Indonesia.

Peningkatan perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok sebagai akibat dari ACFTA telah membawa dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebagai salah satu pasar terbesar di dunia, akses yang lebih besar ke pasar Tiongkok memberikan peluang yang sangat menguntungkan bagi produk-produk Indonesia. Dengan penghapusan atau penurunan tarif perdagangan antara kedua negara, produk Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar Tiongkok, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan dan ekspor produk Indonesia ke Tiongkok.

Peningkatan ekspor ke Tiongkok telah menjadi pendorong penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekspor yang merupakan salah satu pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, dan pasar Tiongkok yang besar menawarkan peluang yang sangat besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor berbagai jenis produk, mulai dari komoditas pertanian hingga barang manufaktur. Selain itu, dengan adanya ACFTA, tarif perdagangan yang sebelumnya menghambat akses produk Indonesia ke pasar Tiongkok telah dihilangkan, sehingga menciptakan kondisi yang lebih kondusif bagi pertumbuhan perdagangan bilateral.

Dampak ACFTA terhadap sektor industri Indonesia juga merupakan fenomena kompleks dengan implikasi yang beragam. Sektor ekspor Indonesia, terutama produk pertanian dan komoditas , mungkin mengalami pertumbuhan yang signifikan karena mendapatkan akses yang lebih ke pasar Tiongkok. Produk-produk seperti kelapa sawit, kopi, karet, dan produk pertanian lainnya memiliki potensi untuk memanfaatkan keuntungan dari perjanjian perdagangan ini, meningkatkan ekspor mereka ke Tiongkok. 

Namun, di sisi lain, sektor manufaktur Indonesia mungkin menghadapi tantangan dari produk impor Tiongkok yang lebih murah. Seiring dengan penghapusan atau penurunan tarif perdagangan, produk-produk manufaktur Tiongkok dapat menjadi lebih kompetitif di pasar Indonesia. Hal tersebut dapat menyebabkan tekanan pada produsen lokal untuk mempertahankan pasar mereka. 

Sejumlah industri manufaktur, seperti tekstil, elektronik, dan sepatu mungkin akan merasa terancam oleh persaingan yang lebih sengit dengan produk impor Tiongkok yang lebih murah. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan yang dihadapi perlu adanya strategi yang terintegrasi dari pemerintah Indonesia untuk memperkuat sektor industri dalam negeri. 

Upaya untuk meningkatkan daya saing industri, seperti investasi dalam inovasi teknologi dan peningkatan kualitas produk, dapat membantu produsen lokal bersaing lebih baik dengan produk impor. Selain itu, kebijakan yang mendukung pelatihan keterampilan, peningkatan efisiensi produksi, dan pengembangan rantai pasokan lokal juga dapat membantu sektor industri Indonesia untuk menghadapi persaingan global yang lebih keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun