Pengalaman selama kerja praktik membuka mata saya terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh mahasiswa arsitek. Dalam sebuah proyek saya dihadapkan pada dilema antara mengikuti desain yang sesuai standar dengan keinginan klien. Proses ini tidak hanya menantang secara teknis, namun juga memberikan wawasan tentang bagaimana kita tetap harus mendengarkan keinginan klien dan menyetarakan dengan desain yang sesuai standar
Ditengah banyaknya tantangan yang ada, sebagai calon arsitek tentunya memiliki harapan besar. kepercayaan bahwa setiap arsitek memiliki potensi menjadi generasi perubahan. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang ada, arsitek harus berkomitmen untuk menciptakan desain yang tidak hanya memperhatikan estetika, namun juga berkelanjutan dan bermanfaat bagi lingkungan.
Para calon arsitek harus mampu memberikan perubahan yang baik dan dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada, mampu bekerja sama dan berkolaborasi dengan perubahan yang ada. Saya ingin menjadi bagian dari solusi untuk masalah lingkungan dan sosial yang dihadapi oleh negara.
Pada dokumen "Quo Vadis" menyoroti tentang kondisi profesi arsitek yang saat ini sedang menghadapi badai besar. Pada salah satu kutipan "Maybe we are not in the same boat, but we are in the same storm", Nahkoda memiliki tugas untuk memastikan setiap keputusan dapat mengurangi resiko tenggelamnya kapal, menghindari area badai mungkin akan memperlambat perjalanan dibanding menerjang badai yang menyebabkan kerusakan tidak terukur. Perumpaan tersebut menjadi sangat relavan dalam menggambarkan kondisi profesi arsitek saat ini yang mengalami perubahan signifikan terkait inovasi baru yang dapat mengubah dunia arsitek.
Ditengah era perubahan besar, inovasi teknologi baru saat ini semakin canggih yaitu dengan kemunculan kecerdasan buatan (AI) yang memicu kekhawatiran bagi banyak orang dari berbagai pekerjaan, termasuk profesi arsitek. Dengan adanya Ai ini, tantangan masa depan bagi profesi arsitek yaitu kemungkinan bergeser menjadi platform digital sebagai wadah studio arsitek yang dimana fokus utamanya yaitu kolaborasi antara Teknologi digital (AI) dengan manusia. Ai akan membantu arsitek sebagai kolabolator dalam mendesain lebih cepat, lebih cerdas, dan strategis.
Penutup ReflektifÂ
Dalam menghadapi badai yang ada pada profesi arsitek, sebagai calon arsitek sangat penting untuk tetap optimis dan berkomitmen pada nilai dan visi misi yang dipercayai. Dari dokumen "Quo Vadis" memberikan gambaran peta jalan yang jelas tentang tantangan yang akan dihadapi sebagai seorang arsitek dan peluang dari lulusan arsitek di masa depan.
Dengan pemahaman mengenai isu isu yang dihadapi, kita dapat membangun arah dan harapan yang lebih baik untuk para profesi arsitek di indonesia. Sebagai generasi penerus, kita tidak hanya bertanggung jawab menjadi arsitek yang baik, tetapi juga menjadi arsitek yang memiliki visi misi yang kuat.
Sebagai calon arsitek maka tugas kita yaitu membantu membangun masa depan yang lebih baik, yang dimana arsitek tidak hanya sekedar bangunan, namun menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan lingkungan. Dengan semangat yang tinggi, para arsitek dapat menghadapi berbagai mcam badai dan menciptakan perubahan  yang positif bagi profesi arsitek di indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI