Tidak adanya perpisahan akan meninggalkan perasaan tidak nyaman dan membuat Ghostee mempertanyakan kekurangan mereka. Ghosting meninggalkan luka emosional pada Ghostee karena pengasingan yang dirasakan memicu jalur yang sama di otak sebagai rasa sakit fisik nyata. Kurangnya komunikasi membuat Ghostee kebingungan sehingga tidak tau bagaimana harus merespon karena hal ini diluar kendali mereka. Ghostee harus menghadapi rasa sakit karena diabaikan dan juga stress karena tidak terjawabnya pertanyaan-pertanyaan yang menyebabkan mereka ditinggalkan. Ghostee akan marah, menyalahkan diri sendiri, menurunkan harga diri, dan meragukan diri sendiri. Bahkan, ghosting juga dapat menyebabkan depresi, lho. Padahal, belum tentu semua ini adalah kesalahan mereka. Hal ini juga akan membuat Ghostee merasa cemas saat memulai hubungan baru dengan orang lain.
Dalam hubungan apapun, baik hubungan romantis, pertemanan, atau professional, ghosting bukanlah opsi untuk menghindari seseorang. Akan lebih baik untuk memberikan penolakan secara langsung daripada menghilang secara tiba-tiba dan meninggalkan permasalahan tidak terselesaikan. Komunikasi adalah satu-satunya cara untuk memulai dan mengakhiri hubungan. Jadi, tidak ada pembenaran untuk perilaku ghosting, ya!
Ghostbusting TimeÂ
Untuk para Ghostee yang tersakiti, tidak perlu terlalu menyalahkan diri sendiri. Lepaskan, lupakan, dan move on. Memang lebih mudah dikatakan daripada dilakukan, tapi ingat satu hal:Â
Don't get haunted by those who didn't value you as you are! With or without them, you are super awesome and precious!Â
Ghoster doesn't deserve you, darling. An Angel deserves another Angel <3