Mohon tunggu...
Putri Hutabalian
Putri Hutabalian Mohon Tunggu... Universitas Palangka Raya

Finance and economics enthusiast and open to opportunities in economic policy, fintech, and financial regulation.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rupiah Melemah: Alarm untuk Transformasi Ekonomi Indonesia?

2 Oktober 2025   14:14 Diperbarui: 2 Oktober 2025   14:14 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak Nyata di Kehidupan Sehari-Hari

Pelemahan Rupiah bukan sekadar isu pasar finansial. Dampaknya nyata, dirasakan masyarakat di berbagai lapisan:

Harga barang impor naik. Mulai dari smartphone, kendaraan, obat-obatan, hingga kedelai dan gandum. Inflasi impor ini langsung terasa di meja makan dan kebutuhan sehari-hari.

Biaya sekolah dan liburan luar negeri melonjak. Keluarga yang menyekolahkan anak di luar negeri atau merencanakan wisata harus merogoh kocek lebih dalam.

Proyek infrastruktur terganggu. Ketergantungan pada mesin dan material impor membuat biaya proyek melonjak, berpotensi menunda pembangunan atau menurunkan kualitasnya.

Beban utang luar negeri membesar. Pemerintah dan perusahaan dengan pinjaman dalam Dolar menghadapi cicilan yang lebih berat.

Dari Pemadam Kebakaran ke Arsitek Ekonomi

Langkah Bank Indonesia seperti intervensi di pasar valas dan pengaturan suku bunga penting untuk meredam kepanikan. Namun, sifatnya hanya jangka pendek. Untuk jangka panjang, diperlukan transformasi mendasar: 

Hilirisasi Ekspor. Pemerintah tidak boleh puas hanya dengan mengekspor bijih nikel, sawit mentah, atau batu bara. Industri pengolahan harus dibangun agar nilai tambah diraup penuh di dalam negeri.

Investasi Sehat. Alih-alih mengandalkan hot money, kita harus menarik Foreign Direct Investment (FDI) yang menciptakan lapangan kerja, transfer teknologi, dan memperkuat basis produksi.

Kemandirian di Sektor Strategis. Energi baru terbarukan, pertanian modern, dan industri farmasi lokal harus menjadi prioritas strategis. Ketergantungan pada impor energi dan pangan terlalu berisiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun