Dampak Nyata di Kehidupan Sehari-Hari
Pelemahan Rupiah bukan sekadar isu pasar finansial. Dampaknya nyata, dirasakan masyarakat di berbagai lapisan:
Harga barang impor naik. Mulai dari smartphone, kendaraan, obat-obatan, hingga kedelai dan gandum. Inflasi impor ini langsung terasa di meja makan dan kebutuhan sehari-hari.
Biaya sekolah dan liburan luar negeri melonjak. Keluarga yang menyekolahkan anak di luar negeri atau merencanakan wisata harus merogoh kocek lebih dalam.
Proyek infrastruktur terganggu. Ketergantungan pada mesin dan material impor membuat biaya proyek melonjak, berpotensi menunda pembangunan atau menurunkan kualitasnya.
Beban utang luar negeri membesar. Pemerintah dan perusahaan dengan pinjaman dalam Dolar menghadapi cicilan yang lebih berat.
Dari Pemadam Kebakaran ke Arsitek Ekonomi
Langkah Bank Indonesia seperti intervensi di pasar valas dan pengaturan suku bunga penting untuk meredam kepanikan. Namun, sifatnya hanya jangka pendek. Untuk jangka panjang, diperlukan transformasi mendasar:Â
Hilirisasi Ekspor. Pemerintah tidak boleh puas hanya dengan mengekspor bijih nikel, sawit mentah, atau batu bara. Industri pengolahan harus dibangun agar nilai tambah diraup penuh di dalam negeri.
Investasi Sehat. Alih-alih mengandalkan hot money, kita harus menarik Foreign Direct Investment (FDI) yang menciptakan lapangan kerja, transfer teknologi, dan memperkuat basis produksi.
Kemandirian di Sektor Strategis. Energi baru terbarukan, pertanian modern, dan industri farmasi lokal harus menjadi prioritas strategis. Ketergantungan pada impor energi dan pangan terlalu berisiko.