Mohon tunggu...
Putri Haryanti
Putri Haryanti Mohon Tunggu... Fairy Dust

Creative Storytelling | Traveling | Cultural Exploration

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Malaka dalam Sehari: Warisan Budaya dan Cerita Sejarah di Baliknya

24 September 2025   18:29 Diperbarui: 25 September 2025   15:46 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi lemak & pecinan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Karena penasaran dengan sisi multikultural Malaka, saya pun menuju sebuah pasar yang dari kejauhan tampak dengan desain bergaya Tionghoa. Kebetulan saya datang saat menjelang imlek. Dominasi warna merah dan hiasan lampion semakin menegaskan suasana khas pecinan.

Jonker Street dikenal sebagai pusat Pecinan di kota tua Malaka. Pengaruh budaya Tionghoa di kawasan ini berawal sejak abad ke-15, ketika Malaka menjadi pelabuhan internasional penting di bawah Kesultanan Malaka. Saat itu, banyak pedagang Tionghoa yang datang, menetap, bahkan menikah dengan penduduk lokal hingga melahirkan komunitas Peranakan Baba-Nyonya.

Bagi wisatawan, Jonker Street adalah destinasi wajib. Bukan hanya karena pasar malamnya yang meriah, tetapi juga karena di sini terdapat rumah-rumah bersejarah, seperti Baba & Nyonya Heritage Museum, tempat kita bisa merasakan langsung jejak kehidupan komunitas Peranakan di masa lampau.

Pineapple Tart

Saat menyusuri kota Malaka, perhatian saya tertuju pada sebuah toko kue yang semerbak aromanya begitu menggoda. Wangi butter cookies yang keluar dari dalam membuat saya memutuskan untuk singgah sebentar.

Malaka memang memiliki kue khas yang mirip dengan nastar, yaitu tart nanas khas Malaka, atau yang lebih dikenal dengan pineapple tart. Resep kue ini dibawa oleh orang Portugis pada abad ke-16, ketika mereka menjajah Malaka. Kemudian, masyarakat Tionghoa Peranakan mengembangkannya dengan menambahkan buah lokal seperti nanas, hingga tercipta cita rasa unik yang bertahan hingga kini.

Pineapple Tart (Sumber: Google)
Pineapple Tart (Sumber: Google)

Sekilas, bentuknya memang tak jauh berbeda dengan kue nastar yang akrab kita temui saat hari raya di Indonesia. Kue mungil berisi selai nanas ini kini menjadi salah satu oleh-oleh paling ikonik dari Malaka.

Namun yang menarik, pineapple tart bukan hanya sekadar kudapan manis. Bagi masyarakat setempat, kue ini punya makna mendalam. Dalam bahasa Hokkien, nanas disebut (ong lai), yang secara harfiah berarti "datangnya keberuntungan". Tak heran jika pineapple tart kerap dianggap sebagai simbol kemakmuran dan kebahagiaan, serta selalu hadir dalam berbagai perayaan penting seperti imlek, natal ataupun hari raya.

Masih ada begitu banyak sudut Malaka yang ingin saya jelajahi mulai dari museum, kafe bergaya peranakan, hingga sudut-sudut kecil di sepanjang sungai yang katanya sangat indah di malam hari. Sayangnya, waktu saya terbatas dan perjalanan pulang ke Kuala Lumpur sudah menanti.

Meski singkat, kunjungan ini meninggalkan kesan mendalam: Malaka adalah kota kecil dengan sejarah besar, perpaduan budaya yang unik, dan suasana yang membuat saya ingin kembali suatu hari nanti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun