Mohon tunggu...
Putri Haryanti
Putri Haryanti Mohon Tunggu... Fairy Dust

Creative Storytelling | Traveling | Cultural Exploration

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Maratua: Surga di Pesisir Timur Kalimantan

25 April 2025   19:33 Diperbarui: 2 Mei 2025   09:41 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang bilang butuh lebih dari setengah abad untuk menjelajah keindahan Indonesia, dan saya percaya itu!

Kalau ditanya, pantai mana yang paling ingin saya kunjungi? Jawabannya, semuanya ada di Indonesia! Ya, tidak ada habisnya memang membicarakan kekayaan wisata bahari Indonesia, dan destinasi pantai di Indonesia selalu menjadi favorit saya!

Jika Sri Lanka punya Maldives, Indonesia punya Maratua!

Maratua, menjadi salah satu dari beberapa pulau terluar yang ada di Timur Kalimantan. Pulau dengan luas 35,5 km (kilometer persegi) ini memiliki bentuk memanjang seperti laguna dan dikelilingi terumbu karang yang indah. 

Maratua termasuk dalam perairan dengan ekosistem laut yang memukau bagi pecinta wisata bawah laut, terutama untuk snorkeling dan diving, yang akan dimanjakan dengan gulungan ikan barakuda, hiu martil, dan ubur-ubur air tawar. Maratua juga dekat dengan destinasi terkenal lainnya, seperti Pulau Kakaban dan Sangalaki.

(Sumber: Herald Kaltim)
(Sumber: Herald Kaltim)

Sejujurnya, perjalanan ini adalah perjalanan mendadak dangdut, karena awalnya saya dan teman-teman ingin ke Berau-Derawan. Namun, pilihan kami berubah ke Maratua setelah melakukan riset kecil-kecilan ketika sampai di Berau dan beristirahat untuk makan. 

Langsung saja, saya dan teman-teman mencari info penginapan yang ada di Maratua dan menemukan resort yang akan saya kunjungi ini melalui media sosial. Untung saja, di musim liburan ini masih tersedia kamar untuk menginap.

Setelah urusan penginapan selesai, ada lagi permasalahan yang harus kami hadapi, yaitu bagaimana caranya untuk menyebrang dari Berau ke Maratua? Info dari teman saya, ada penyebrangan melalui Pelabuhan Tanjung Batu, namun jaraknya sekitar 2 jam lagi. Itu pun dia hanya tahu ada speedboat menuju Derawan, sedangkan saat itu jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Kami pun bergegas menghubungi resort tempat kami menginap lagi untuk menanyakan apakah masih ada speedboat yang menyebrang ke arah sana. Untunglah, masih ada speedboat yang akan ke Maratua jam 1. 

Bisa dibilang ini adalah keberuntungan kami karena sangat jarang ada speedboat reguler ke arah Maratua di jam-jam siang, dan pada saat itu kami hanya memiliki waktu 15 menit dari tempat makan kami untuk segera ke dermaga Tanjung Redeb. Segera kami mengambil langkah seribu untuk bergegas, sesampainya di pelabuhan kami membagi tugas siapa yang membawa barang dan siapa yang berlari untuk secure tiket di loket. Ternyata usaha tidak pernah sia-sia, kami dapat speedboat untuk menyebrang ke Maratua!

(Sumber: Perjalanan ke Maratua | Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Perjalanan ke Maratua | Dokumentasi Pribadi)

Perjalanan ke maratua ditempuh dalam waktu 3 jam menggunakan speedboat dari Berau, dari melewati perairan dengan dominasi warna air coklat, sejauh mata memandang saya melihat banyaknya kapal-kapal tongkang membawa batu bara, hingga air berubah menjadi biru laut, suasana gerimis 

Berau saat itu membuat air laut sedikit naik namun syukurlah tidak sampai menyentuh gelombang tinggi sehingga masih aman untuk gejolak di perut saya (dibaca mual), 3 jam sudah kami melewati gelombang laut dan dari kejauhan saya melihat biru laut sudah berubah warna menjadi hijau tosca, pulau yang saya yakini adalah tujuan kamipun sudah terlihat, dan sampailah kami di dermaga utama Pulau Maratua yang warna airnya sudah berbeda menjadi lebih jernih bahkan menyerupai kaca.

Dari dermaga kami dijemput menggunakan mobil bak yang terbuka belakangnya, ternyata dari situ kami masih harus menempuh perjalanan 10 menit sekaligus speedboat kecil untuk menyebrang ke sisi pulau lain, karena ternyata resort kami belum ada akses jalur darat langsung dari pulau utama.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Kami sampai di resort sekitar jam 4 sore, dan disambut dengan handuk dingin, welcome drink, serta snack sore sambil menunggu proses check-in. Setelah proses check-in selesai dan menaruh barang-barang di kamar, kami tidak menyia-nyiakan waktu dan segera bergegas untuk berenang. Meskipun keadaan masih gerimis, laut yang tenang ini merupakan kolam alami yang mengelilingi resort, menjadi saksi betapa bersyukurnya saya hidup di Indonesia.

(Sumber: Maratua Island | Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Maratua Island | Dokumentasi Pribadi)

Awan mendung masih menyelimuti, menjadi alasan mengapa sunset tidak begitu terlihat merona hari itu. Tumpukan awan dari menit ke menit berubah menjadi gelap, dan malam pun datang. Malam pertama saya di Maratua berbeda dari malam-malam yang saya dan teman-teman lalui pada road trip di hari sebelumnya. Suasana sunyi dengan paduan debur ombak, aroma asin, angin laut malam, dan bintang yang mulai menunjukkan eksistensinya adalah gambaran seorang introvert yang sedang menikmati waktu sunyinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun