Mohon tunggu...
Putri Engellina Cecilia
Putri Engellina Cecilia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

On Going

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengunjugi Gereja Paroki Hati Kudus Yesus

18 Maret 2022   09:58 Diperbarui: 18 Maret 2022   10:06 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo readers, gimana nih kabarnya? Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan keberkahan disetiap langkah kita, Aamiin

Pada artikel kali ini, Aku ingin sedikit berbagi cerita dari perjalananku bersama temen-temen saat mengunjungi Gereja Paroki Hati Kudus Yesus tepat pada hari Rabu, 16 Maret 2022. Disana, kami mendapati cukup banyak informasi terkait dengan sejarah dari gereja tersebut, tugas seorang Imam, serta yang paling penting adalah biografi juga pengalaman dari seorang Pastor yang sangat ramah.


Sebagai pengawalan, kita harus paham dulu nih terkait dengan sejarah dari Gereja Hati Kudus Yesus yang merupakan gereja tertua di Malang dan mulai berdiri sendiri pada tanggal 4 Juli 1897. Sebelumnya, gereja ini merupakan bagian dari paroki Kepanjen di Surabaya. Gereja ini dirancang oleh Ir. Marius J. Hulsuit kemudian dipersembahkan gereja ini kepada Hati Kudus Yesus dan diresmikan dengan pemberkatan gereja oleh Uskup Luypen pada 7 Januari 1906.


Gereja ini memiliki 2 menara dengan tinggi 33 meter dirancang oleh Ir. Albert Grunberg yang mulai dibuat pada tanggal 3 Oktober 1930. Namun, salib pada menara kiri ditabrak oleh pesawat yang mengalami kecelakaan pada hari Senin 27 November 1967 tengah hari. Beberapa saat kemudian pesawat itu jatuh di sekitar daerah Buring. Sehingga apabila diperhatikan dengan saksama, menara pada gereja tersebut terlihat agak miring.


Sekarang gereja dan paroki Hati Kudus Yesus Malang ini berada di keuskupan Malang dan pengelolaannya diserahkan kepada para Romo dari Ordo Karmel.


Di gereja ini, kami bertemu dengan salah seorang pastor bernama Pak Yoris. Pastor merupakan sebutan bagi pemimpin agama di lingkungan gereja katholik. Diatas pastor masih terdapat Uskub yang membawahi imam setempat. Pak Yoris ini berasal dari Flores dan baru satu tahun ditempatkan di malang. Sebelumnya, Pak Yoris ditugaskan di Sorong, Papua Barat selama kurang lebih lima tahun sehingga beliau tahu betul karakter dan kehidupan orang-orang Papua disana.


Pak Yoris tinggal di rumah Pastoran (pastori) yang terletak di dalam gereja tersebut. Beliau selalu menerima kedatangan umat yang ingin bertemu baik untuk bimbingan konseling, Permintaan sakramen, upacara kematian dan keperluan lainnya. Beliau selalu siap mulai dari pagi hingga jam satu siang. Lewat dari jam tersebut, Pak Yoris tetap bisa ditemui dengan mengontak beliau terlebih dahulu.

Tugas utama seorang pastor sendiri adalah memimpin ibadah umat kristi. Jadi, di Paroki ini terdapat kapela-kapela kecil yang setiap paginya dilaksanakan misa (Ibadah) biasanya selama setengah jam. kalau dalam umat muslim, kapela-kapela ini sama halnya dengan musholla. Setiap hari Minggu, perayaan akan lebih meriah karena berkumpulnya kapela-kapela kecil tersebut sehingga diadakan 4 kali perayaan.

Nah semenjak pandemik covid, gereja ini tentu mengikuti aturan pemerintah dengan mengadakan perayaan secara online. Awalnya, perayaan online ini terasa sulit bagi umat sehingga partisipasinya tidak sebanyak ketika offline. Alasan para umat adalah kuota internet yang terbatas juga kesan yang kurang apabila dilaksanakan tidak secara tatap muka. Banyak para umat yang ingin agar gereja segera dibuka namun ada juga yang justru terlena. Sehingga ketika gereja sudah dibuka, para imam harus berusaha mengajak umatnya agar terlibat aktif kembali.


Sebagai pastor, tentu harus mau ditempatkan dimana saja. Bertemu dengan budaya tertentu juga berbagai macam karakter dari setiap orang. Begitu juga dengan Pak Yoris. Awal ditugaskan di Papua, Pak Yoris telah terlebih dahulu belajar mengenai budaya dan banyak mendengar cerita orang mengenai budaya orang Papua. Namun ketika berhadapan langsung, Pak Yoris tetap saja kesulitan dan butuh waktu satu tahun untuk dapat beradaptasi. Dari pengalamannya, pak Yoris belajar untuk bisa menyesuaikan diri dengan situasi setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun