Mohon tunggu...
putri nurulaisah
putri nurulaisah Mohon Tunggu... Makeup Artist - Wanita Karir dan Bisnis

Hidup ini mudah jika dijalani tetapi sulit jika di fikirkan, maka jalanilah hidup senormal normalnya dan apa adanya. inilah aku, aku ini diriku sendiri bukan seperti dia, mereka atau sekelompok orang. Terimakasih :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Telaah Drama "Muslihat" Karya Mabruroh

11 Januari 2020   01:35 Diperbarui: 11 Januari 2020   02:36 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sastra, mungkin telah ada sejak manusia ada. Bersamaan dengan perkembangan manusia dan kebudayaannya, sastra juga berkembang menurut situasi dan kreasi manusianya. Dengan demikian, sejalan dengan pengelompokan-pengelompokan manusia serta kebudayaannya, sastra juga berkembang dalam kelompok-kelompok itu. Barangkali hal seperti inilah yang hingga saat ini menjadikan sastra memiliki keumuman sekaligus kekhususan. Seperti setiap manusia yang memiliki kekhasan dan kesamaan dengan manusia lainnya, demikian halnya dengan setiap karya sastra .

Wellek & Warren (1993), secara agak optimis, menuliskan bahwa setiap karya sastra, di samping memiliki ciri khas, juga memiliki sifat-sifat yang sama dengan karya seni yang lain, sehingga orang dapat membuat generalisasi terhadap karya sastra dan drama periode tertentu, atau drama, kesusasteraan, atau kesenian pada umumnya.

Pernyataan Wellek & Warren di atas, tentu saja harus dilengkapi dengan pernyataan Luxemburg, dkk., (1989), bahwa menurut mereka tidak mungkin memberikan sebuah definisi yang universal mengenai sastra. Sastra bukanlah sebuah benda yang dijumpai, sastra adalah sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan.

Barangkali inilah titik pangkal dari permasalahan kajian sastra yang pertama kali muncul, yakni perihal tidak pernah terjawabnya (dengan memuaskan) pertanyaan "apakah sastra itu?", karena terlalu kompleksnya sesuatu yang disebut sastra itu.

Arti sastra yang sangat kompleks itu telah mengaburkan batasan sastra sebagai obyek kajian keilmuan. Itulah sebabnya Teeuw (1984) menuliskan bahwa meskipun sudah cukup banyak usaha yang dilakukan sepanjang masa untuk memberi batasan yang tegas atas pertanyaan: "apakah sastra itu ?", namun batasan manapun juga yang diberikan oleh para ilmuwan tidak kesampaian.

Hal itu dikarenakan batasan sastra itu hanya menekankan satu atau beberapa aspek saja, atau hanya berlaku untuk sastra tertentu saja, atau sebaliknya, terlalu luas dan longgar sehingga melingkupi banyak hal yang jelas bukan sastra lagi. Menurut Luxemburg dkk (1989) kegagalan definisi itu antara lain sebagai berikut.

  1. Karena orang ingin mendefinisikan terlalu banyak sekaligus, sering menggunakan dua kriteria sekaligus, sering menggunakan definisi deskriptif dan definisi evaluatif sekaligus, dengan menuilai baik dan tidaknya suatu karya sastra.
  2. Karena menggunakan definisi "ontologis" mengenai sastra, yakni mengungkap hakikat sebuah karya sastra. Padahal mengingat kompleksnya obyek sastra, mestinya sastra didefinisikan di dalam situasi pemakai atau pembaca sastra. Norma dan deskripsi sering dicampuradukkan, padahal suatu karya bagi satu orang bisa termasuk sastra, bagi orang lain mungkin tidak.
  3. Anggapan mengenai sastra sering ditentukan oleh sastra Barat, khususnya sejak jaman renaisance, tanpa memperhitungkan bentuk-bentuk sastra di luar Eropa. Sastra India, Melayu, Jawa dan sebagainya tentu memiliki kekhasannya masing- masing, apalagi kalau dipisahkan dari jaman-jaman tertentu.
  4. Definisi oleh ahli yang sering memuaskan untuk diterapkan pada sejumlah jenis sastra, tidak cocok untuk diterapkan pada sastra secara umum.

Pada berbagai hal secara umum, untuk mendefinisikan sesuatu itu dapat didekati dari namanya. Secara etimologis, kata sastra dalam bahasa Indonesia (dalam bahasa Inggris sering disebut literature dan dalam bahasa Perancis disebut litterature) berasal dari bahasa Sanskerta: akar kata 'sas-, dalam kata kerja turunan berarti "mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi". Akhiran -tra, biasanya menunjukkan "alat, sarana". Jadi sastra dapat berarti "alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran".

Kata lain yang sering dipergunakan ialah kata susastra yang berasal dari kata sastra mendapat awalan su- yang berarti "baik, indah". Jadi kata suastra dapat berarti "sastra yang baik" atau "sastra yang indah" yang dalam bahasa Perancis atau Inggris dipergunakan istilah belles-lettres. Menurut Gonda kata susastra tidak dipergunakan dalam bahasa Jawa Kuna, sehingga istilah susastra adalah ciptaan Jawa atau Melayu yang muncul kemudian (Teeuw, 1984).

Batasan secara etimologis tersebut, juga belum maksimal. Tidak semua alat untuk mengajar bisa dikategorikan sebagai sastra, walaupun dalam arti sebaliknya, semua sastra "dapat" dipergunakan sebagai alat untuk mengajar.

Dalam makalah ini akan dilakukan pengkajian drama yaitu penulis akan mengkaji naskah drama yang berjudul "MUSLIHAT" karya Mabruroh melalui pendekatan mimesis (sosiologi sastra).

Rumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah analisis drama "MUSLIHAT" karya Mabruroh melalui yakni bagaimana unsur-unsur instrisik yang terdapat dalam naskah drama.

Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan analisis ini sebagai berikut.

Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang mata kuliah Kajian Drama Indonesia I bagi mahasiswa baru yang ingin menempuh mata kuliah tersebut.

Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi sumbangan kepada pihak lain yang ingin menganalisis naskah drama yang serupa ataupun naskah drama dengan judul lain.

Hasil analisis ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang sastra.

BAB II

PEMBAHASAN

Landasan Teori

Analisis naskah drama dengan mengunakan metode objektif (struktural) adalah menganalisis unsur-unsur instrisik yang terdapat dalam naskah drama tersebut. Adapun unsur-unsur instrisik dalam karya sastra drama yakni sebagai berikut :

Tema

Tema nya adalah kehidupan bermasyarakatan yang saling berhubungan satu sama lain dalam lingkungan masyarakat banyak.

Alur

Alur pada drama Muslihat ini adalah alur maju, yang menceritakan cerita dari waktu kewaktu bukan menceritakan masa lampau.

Tokoh

Penjual       : Asik,

Penjual       : Masih jam kerja dek, sebentar lagi juga rame. Biasanya jam istirahat, para pekerja pabrik garment itu pasti pada makan siangnya di sini. Ini dek (menyerahkan makanan).

Penipu        : Ooh begitu. (sambil makan) Ayamnya enak banget loh Buu.

Penjual       : Lah ya iya, di warungku ini terkenal masakannya enak-enak. (sambil menyerahkan air putih lalu memperhatikan) Kok makannya buru-buru banget?

Penipu        : hehehe habis enak. Bue engga ada yang bantuin?

Penipu        : Licik, banyak akal, membuat orang mudah percaya, pintar acting.

Pr3              : Pintar, hati-hati, detail, teliti, baik, cerdik.

Pr 3 : Heumm jaman sekarang ya emang pekerja wanita itu banyak yang dimanfaatkan saja keberadaannya, itu saya juga tau dari teman saya loh. Saya kan juga pendatang. Harus waspada dan kuat dengan majikan yang kurangajar gitu lah, atau jangan lemah saat kita mendapati diri kita dikasari. (Penipu mulai gusar), kamu masih muda, sudah mendapat perlakuan seperti ini. Jangan sampai nasib kamu seperti nasib-nasib TKW di sana. (Berpikir) Kamu tidak sekolah??

Penipu        : (Mulai panik), Mbak.. mbak saya tidak bisa lama-lama di sini. Saya harus segera pergi.

Pr 3 : Aha saya punya ide, bagaimana kalau kamu saya antarkan ke kantor polisi saja, kamu adukan tindakan majikanmu itu, bagiamana hemm?

Penipu        : Waduh jangan mbak. Tidak perlu (tergesa-gesa) saya hanya butuh ongkos saja mbak.

Pr 3 : Iyaiya yasudah, padahal saran saya itu baik loh buat kamu (mengeluarkan dompet) eumm berapa ongkos yang kamu butuhkan, saya tidak ada uang kecil, kumaha ieu (bicara pelan)

Latar/Seting

Latar tempat   : Warung nasi, jalanan,

Latar suasana  : Marah, Santai, Kesal

Bahasa

Bahasa yang digunakan adalah Bahasa non formal atau Bahasa yang digunakan sehari hari.

Konflik

Penjual di tipu oleh si penipu yang makan diwarungnya kemudian berpura pura dompetnya ketinggalan dan ternyata ia lari dan tak kembali.

  • Penipu : Terimakasih. Semuanya berapa?
  • Penjual: Lima belas ribu.
  • Penipu : Waduh (pura-pura panik) ternyata dompet saya ketinggalan di mobil. Sebentar ya Bu, saya ambil dulu, itu loh mobil saya. (sambil menunjuk mobil yang sedang terpakir).
  • Penjual : ohh iya-iyaaa nda papa.
  • Penipu  : Sebentar ya, bu. (pergi)
  • Penjual            : Ada-ada saja. Ternyata anak orang kaya mau juga ya makan di sini .
  • Si penjual terus aja memperhatikan anak itu menuju mobilnya, lalu tiba-tiba si anak lari (kabur). Penjual merasa ditipu, berteriak dan marah-marah. Bersamaan dengan kejadian pekerja pabrik istirahat.
  • Penjual duduk di bangku dengan masih menggerutu dan kesal merasa ditipu, lalu perempuan 1 dan 2 masuk hendak membeli makan.

Penjual            : Hadu.... saya ditipu... saya rugi...

Kembali bertemu dengan penipu yang sedang beraksi menipu

Lk 1     : Sudahlah! Kau mengaku saja, kau yang makan di sini dan tidak bayar!

Pr 3      : Ngaku-ngaku punya mobil malah kabur,... eh sebentar-bentar, jangan-jangan kamu teh yang menyamar jadi korban kekerasan pembantu rumah tangga dan menipu saya minta ongkos pulang? He-eh, itu kamu juga?!! Bener ini mah, mukanya,... iya... sekarang Lilis teh inget, muka penipu itu sama seperti dia, bener ini mah dia orangnya. Eleh-eleh.., sudah kamu jujur saja.

Pr 2      : Kamu ngaku saja, sebelum orang-orang berkumpul di sini, nanti kamu bisa babak belur sebelum sampai di kantor polisi.

Lk 1     : Bue, kau benar-benar tidak mengenalnya?

Penjual            : Seumur hidup, ini kedua kalinya saya menjumpai dia. Tapi peristiwa semacam ini kerap saya alami. Dulu saya percaya ada orang yang betul-betul ketinggalan uangnya tetapi orang-orang sebangsa itu tidak pernah kembali. Seminggu yang lalu saya tertipu sepuluh ribu rupiah. Tampangnya gagah dan meyakinkan sekali, waktu itu ia bilang uangnya tertinggal di rumah. Tapi sampai hari ini nasi rames yang dimakannya belum dibayar. Benar sepuluh ribu itu tidak banyak, tetapi sepuluh ribu kali sepuluh adalah tidak sedikit. Sekarang saya sudah kapok dan cukup pengalaman.

Pr 1      : Cepatlah kamu mengaku saja! Kami sudah harus kembali bekerja

Sinopsis MUSLIHAT karya Mabruroh

Drama MUSLIHAT bercerita tentang situasi krisis ekonomi yang sedang terjadi pada masyarakat di suatu daerah. Bagaimana peran uang dalam mengendalikan seseorang, merubah karakter seseorang dan pola pikir seseorang. Untuk mendapatkan uang, seseorang berhak memilih dengan cara apa mereka mendapatkannya. Mereka dapat bekerja, mencuri, menipu bahkan menjadi seorang koruptor.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertujukkan di atas pentas. ada tiga bentuk kegiatan dalam menanggapi karya yaitu mengapresiasi, mengkaji, dan mengkritik. kajian sastra adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antar unsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu. Dan salah satu pendekatan dalam mengkaji sastra ialah pendekatan mimesis.

Dalam naskah drama MUSLIHAT di pandang sebagai cermin umum kehidupan masyarakat yang menjadikan tolak ukur kesuksesan adalah harta dan gaya hidupnya. Padahal hal tersebut bisa saja di dapatkan dengan cara yang kurang baik, bahkan mengancam nyawa mereka dan meresahkan kehidupan orang lain.

Saran

Kita harus sadar bahwa menipu itu perbuatan yang tidak baik dan tidak ada untungnya bagi siapa saja yang menipu. Jadi mulai dari diri kita sendiri untuk menyadari bahwa kehidupan rukun dalam bermasyarakat itu penting adanya agar saling bantu membahu tolong menolong tanpa harus tipu menipu.

DAFTAR PUSTAKA

dictio

Mabruroh. Muslihat.

Biografi Penulis

Nama : Putri Nurul Aisah, gadis manis yang terlahir di Tangerang, 3 Januari 1997 dengan zodiak Capricorn kini sedang duduk di Fakultas Sastra dan jurusan yang ia ambil adalah Sastra Indonesia. Sekian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun