Mohon tunggu...
Putri Alfani
Putri Alfani Mohon Tunggu... -

16 tahun. Bibliophile.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apresiasi Film: Flipped (2010)

18 Mei 2015   23:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Flipped adalah sebuah film yang di sutradarai oleh Rob Reiner, dan merupakan film hasil karya rumah produksi Warner Bros Pictures. Film ini merupakan adaptasi dari sebuah novel karya Wendelin Van Draanen. Secara garis besar film ini mengulas tentang cerita romansa anak remaja umur 12 hingga 15 tahun. Kepolosan hati seorang anak yang masih tidak mengerti akan perasaan yang mereka rasakan dapat digambarkan dengan sangat baik oleh Rob Reiner, dan membuat film ini berhasil menjadi salah satu dari sedikit film adaptasi novel yang bisa dikatakan berhasil.

Dilihat dari sudut pandang plot atau alur, Rob Reiner benar-benar berhasil menghadirkan dengan detail dan gambaran yang tepat situasi yang digambarkan oleh Wendelin Van Draanen di bukunya, yang juga memiliki judul Flipped. Ekspresi aktris dan aktornya, serta pengambilan sudut pandang yang diatur sesuai dengan bukunya, yaitu dari sudut pandang kedua pemeran utama saya nilai berhasil. Pemenggalan gambar, perpisahan adegan, potongan dialog sangat cocok dengan bukunya, dan saya sendiri menemukan beberapa dialog penting yang memang diucapkan dengan tajuk percakapan yang ada di buku. Hal ini membuat saya sebagai pembaca buku sekaligus penikmat filmnya merasa terpuaskan. Sungguh film yang patut ditonton dan tidak mengecewakan.

Dalam segi pendidikan serta moral, film ini memiliki kandungan nilai yang sangat sederhana namun tepat untuk anak muda yang akan menginjak masa remaja. Mereka diajarkan untuk jujur dan berani mengakui kesalahan, lalu untuk mulai berpegang teguh terhadap pendirian masing-masing dan berhenti hanya mengikuti apa kata teman dekatnya saja. Digambarkan juga betapa sebagai anak remaja wajar adanya untuk merasa takut dibenci dan dikucilkan, atau perasaan ingin membangkan dari sebuah otoritas yang ada, namun juga dimunculkan konsekuensi yang kira-kira harus ditanggung sesuai dengan perbuatan kita. Konsekuensi yang ditampilkan dalam film Flipped ini sangatlah realistis sehingga penonton dapat dengan mudah ‘masuk’ ke dalam situasi cerita, apalagi jika penonton juga merupakan anak muda yang baru mengalami masa pubertas. Alur film sangatlah baik dalam menghanyutkan perasaan penonton, ditambah dengan tambahan konflik-konflik kecil yang berhasil mendukung dan memperkuat konflik utama, serta tidak mendistraksi penonton dari konflik utama. Penonton merasa terpuaskan dan semua konflik di dalam cerita terpecahkan satu per satu saat mendekati ending cerita. Plot yang sederhana jika dibandingkan plot umum film-film masa kini, namun hal ini membuat penonton benar-benar relax dan menikmati film, tanpa penonton diharuskan untuk menerka-nerka dan ikut berpikir apa yang terjadi selanjutnya di film. Film ini cocok bagi penonton yang hanya ingin dihibur tanpa perlu berpikir, karena menurut saya alurnya lancar dan konfliknya ringan, sederhana.

Walaupun sederhana, Flipped berhasil menghadirkan suasana kehidupan di awal tahun 2000 di daerah Amerika, bagaimana peradaban serta pembelajaran yang terjadi, trend fashion dan lain sebagainya. Bahasa yang digunakan juga cocok dengan masanya, tanpa ada tambahan penggunaan bahasa slang atau bisa disebut juga bahasa gaul yang sedang ngetrend sekarang. Bagaimana sutradara serta tata artistik menata penampilan pemeran juga tepat, melihat betapa si tokoh utama wanita, Julie Baker yang digambarkan sederhana namun tetap memiliki kesan anggun seorang gadis dengan bajunya sehari-hari yang merupakan perpaduan kemeja rapi serta celana jeans atau gaun manis era 90an dengan renda-rendanya. Bryce Loski yang diceritakan tumbuh di keluarga yang sangat peduli terhadap kerapian juga ditampilkan rapi dan terawat, dengan rambut cepak yang dibelah samping, khas anak laki-laki di era itu. Unsur estetika film ini patut diacungi jempol.

Kesimpulannya, bagi mereka yang mengaku sebagai penikmat film sejati, sebelum anda menonton film ini, predikat penikmat film sejati anda masih diragukan.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun