Mohon tunggu...
Putri Alfani
Putri Alfani Mohon Tunggu... -

16 tahun. Bibliophile.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ulang Tahun Sahabatku, Nida Cika Oktarina

20 November 2014   05:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:21 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Peristiwa ini terjadi saat aku duduk di bangku SMP, tepatnya kelas 9 semester 2. Hari itu salah satu sahabatku sedang berulang-tahun. Namanya Cika. Dia salah satu sahabat terbaikku, dan sudah tugasku sebagai seorang sahabat untuk membuat ulang tahunnya yang ke 16 tak terlupakan.

Pagi itu tak ada hal spesial, Cika masuk ke dalam kelas dengan lugu dan polos tanpa sedikit pun ekspresi curiga terpancar di wajahnya. Aku dan teman-temanku pun berlagak polos, rencana memang akan kami jalankan menjelang siang. Untuk sementara, Cika aman.

Menjelang bel istirahat kedua dibunyikan, aku mencubit lengan Laras, sahabat Cika yang lain, sekedar mengingatkan akan rencana kami. Laras mengangguk, senyum jahil dikulumnya. Dia meneruskan cubitan itu kepada teman sebelahnya, untuk kemudian dilanjutkan pada seluruh kelas, pertanda kejutan akan segera dimulai.

Bersyukur karena Cika adalah salah satu anak terpolos yang pernah ada, dia tak sekalipun menaruh curiga. Siswa laki-laki kelas kami dapat dengan leluasa memenuhi beberapa ember kamar mandi dengan air dan bahkan bisa membawanya keluar, tepat ke depan kelas, tanpa menimbulkan rasa curiga dari Cika. Terkadang aku masih bertanya-tanya bagaimana bisa sahabatku sepolos itu.

Babak pertama pun dijalankan. Salah seorang dari kami menawarkan pada Cika untuk duduk di bagian samping balkon yang ada di depan kelas. Setelah itu, seorang anak laki-laki akan berjalan di depan Cika sambil membawa gayung berisi air dan pembersih jendela, berpura-pura akan membersihkan jendela. Satu hal, beruntunglah kami, hari ulang tahun Cika jatuh pada hari Sabtu, dimana pada hari itu di akhir jam pelajaran kami diwajibkan membersihkan kelas. Alibi yang bagus bukan? Cika yang sudah sangat polos, kembali tak merasa curiga saat Rama, siswa laki-laki yang aku maksud tadi, berjalan di depannya membawa gayung berisi air. Tak sepersekian detik lewat sebelum terdengar suara air dengan indah mengenai wajah Cika. Serentak teman-teman sekelas tertawa terbahak-bahak. Keadaan Cika yang masih terkaget-kaget dan belum sepenuhnya pulih dari shock dimanfaatkan oleh para siswa laki-laki. Mereka segera mengangkat Cika beramai-ramai untuk kemudian dilemparkan ke semacam kolam penampung air hujan di belakang sekolah. Hal ini sudah menjadi tradisi bagi kelas kami, untuk menceburkan siapapun yang berulang-tahun ke kolam jahanam itu.

Babak dua pun berlangsung sukses. Tanpa jeda, Cika meluncur turun menuju kolam penampung air hujan itu, diikuti dengan bunyi cipratan air yang khas. Sesuai dengan tradisi, tak ada seorang pun anak yang berniat membantunya keluar. Membiarkan siswa yang berulang tahun merangkak keluar dari kolam sendiri, tanpa bantuan siapapun merupakan bagian yang penting dari babak dua. Setelah babak dua, babak ketiga atau babak terakhir siap dijalankan.

Babak ketiga berisi nyanyian syahdu dan penuh makna lagu “Selamat Ulang Tahun” diiringi tepuk tangan dan tentunya derai tawa, setelah tak lupa menyembunyikan tas dia yang berulang tahun, yaitu Cika. Dengan bangga aku menyatakan bahwa saat itu akulah yang menyembunyikan tasnya. Usai menyanyikan lagu dan bertepuk tangan, serta mengucapkan selamat ulang tahun secara lisan, semua penonton atau penghuni kelas diwajibkan meninggalkan yang berulang tahun. Saat itu juga, kami semua, tak terkecuali sahabat-sahabatnya, sukses meninggalkan Cika sendirian untuk mencari tasnya dengan hanya meninggalkan sebuah jaket untuk Cika mengatasi rasa dingin.

Tapi tidak, aku dan beberapa temanku yang lain tidak sekejam itu. Memang kami pergi dari lokasi kejadian untuk menghindari membantu Cika dalam mencari tasnya, namun kami menanti kedatangannya untuk kemudian bersama-sama merayakan hari ulang tahunnya di sebuah kafe langganan kami.

Hari itu merupakan salah satu hari terindah dalam hidupku, dan ingatan ini selalu berhasil membuatku tersenyum setiap mengingatnya, hingga saat ini.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun