Dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang mulai menghindari karbohidrat dengan alasan takut gemuk. Nasi putih, roti, mie, bahkan singkong, sering dianggap penyebab utama kenaikan berat badan. Akibatnya, tren diet rendah karbohidrat semakin populer, terutama di kalangan anak muda. Namun, apakah benar karbohidrat selalu berdampak buruk bagi tubuh?
Faktanya, karbohidrat adalah sumber energi utama yang dibutuhkan tubuh. Aktivitas sehari-hari seperti kuliah, bekerja, atau berolahraga sangat bergantung pada glukosa yang berasal dari karbohidrat. Tanpa asupan karbohidrat, tubuh akan terasa lemas, sulit konsentrasi, bahkan bisa mengalami gangguan metabolisme jika berlangsung dalam jangka panjang.
Masalah yang sebenarnya muncul bukan dari karbohidrat itu sendiri, tetapi dari pola konsumsi yang salah. Karbohidrat sederhana---seperti gula, minuman manis, atau makanan olahan---memang cepat menaikkan kadar gula darah sehingga rentan menimbulkan obesitas dan diabetes bila dikonsumsi berlebihan. Sebaliknya, karbohidrat kompleks---seperti nasi merah, kentang, jagung, atau oatmeal---memberikan energi lebih stabil, tinggi serat, dan membantu menjaga kesehatan pencernaan.
Menurut saya, karbohidrat tidak seharusnya ditakuti, melainkan dikelola dengan bijak. Mengatur porsi, memilih jenis karbohidrat yang tepat, serta menyeimbangkan dengan protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral akan membuat pola makan kita lebih sehat. Sebagai mahasiswa yang padat aktivitas, saya justru merasa karbohidrat adalah "sahabat energi" yang membantu tetap fokus dan produktif sepanjang hari.
Karbohidrat bukan musuh, melainkan bagian penting dari gizi seimbang. Bukan soal menghindari, tetapi soal memilih dengan cerdas dan mengonsumsinya secara teratur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI