Mohon tunggu...
Healthy

Leukosit Mau Ngapain Tuh?

25 November 2017   19:32 Diperbarui: 25 November 2017   19:52 2728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Karakteristik leukosit:

  • jumlah normal leukosit dalam darah manusia sekitar Rp5.000 sampai Rp10.000 per meter kubik darah. Infeksi atau kerusakan jaringan dapat menyebabkan peningkatan jumlah total leukosit
  • leukosit lebih banyak beraktivitas di dalam jaringan bukan di dalam pembuluh darah. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap benda asing virus dan bakteri
  • setelah diproduksi di sumsum tulang merah maupun sumsum tulang kuning leukosit bertahan di dalam sirkulasi darah hanya sehari sebelum masuk ke jaringan. leukosit di dalam jaringan mampu bertahan selama beberapa hari hingga beberapa bulan bergantung pada jenis leukosit nya

Sifat- sifat leukosit:

  • diapedesis yaitu kemampuan pada sel darah putih (leukosit) untuk keluar menembus pori-pori membran kapiler menuju ke jaringan
  • Bergerak ameboid yaitu kemampuan sel darah putih atau leukosit untuk bergerak seperti amoeba sehingga panjang sel menjadi 3 kali panjang sel awal dalam waktu 1 Menit saja.
  • kemotaksis yaitu kemampuan sel darah putih atau leukosit untuk melakukan pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak yang menyebabkan leukosit bergerak mendekati atau menjauhi sumber zat. leukosit yang bergerak mendekati disebut kemotaksis positif.sedangkan leukosit yang bergerak menjauhi disebut kemotaksis negatif
  • fagositosis yaitu kemampuan sel darah putih atau leukosit untuk menelan mikroorganisme, benda-benda asing dan sel-sel darah merah yang sudah tua atau rusak

Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam sitoplasma leukosit dibedakan menjadi dua jenis yaitu granulosit dan agranulosit

Granulosit dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan warnanya setelah diberikan pewarna wright yaitu neutrofil eosinofil dan basofil

  • Eosinofil berjumlah 1% sampai 3% dari jumlah sel darah putih eosinofil berdiameter 12 hingga 15 memiliki granula yang kasar dan besar berwarna jingga kemerahan dan memiliki nukleus dengan dua lobus eosinofil berfungsi sebagai fagosit yang lemah dan berperan dalam pembuangan racun penyebab radang pada jaringan yang cedera
  • Basofil berjumlah kurang dari 1% dari jumlah sel darah putih. Basofil berdiameter 12-15, bergranula tidak beraturan, berwarna keunguan hingga hitam, dan memiliki nukleus berbentuk seperti huruf S. Basofil mengandung histamin yang berfungsi untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan antikoagulan heparin untuk membantu mencegah penggumpalan darah intravaskuler. Histamin adalah senyawa yang dikeluarkan oleh sel mast dan basofil sebagai reaksi terhadap antigen, senyawa kimia, dan kerusakan jaringan

Agranulosit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu limfosit dan monosit.

  • Limfosit berjumlah 30% dari jumlah sel darah putih. Sebagian besar limfosir ditemukan di jaringan limfa dan berumur hingga beberapa tahun. Limfosit memiliki nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma dengan ukuran yang bervariasi (5-15 um). Limfosit berasal dari sel-sel batang di sumsum merah tulang, kemudian melanjurkan diferensiasi dan proliferasi di dalam organ lain. 
  • Limfosit berfungsi dalam rcaksi imunologis (kekebalan tubuh. Terdapat dua jenis limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit B memproduksi antibodi untuk merespons antigen tertentu. Limfosit T tidak memproduksi antibodi. Limfosit T mengenali dan melakukan interaksi dengan antigen melalui protein reseptor di permukaan sel. Limfosit T memproduksi zat aktif limfokin untuk membantu limfosit B dalam merespons antigen membunuh sel-sel asing, dan mengatur respons
  • Monosit berjumlah 3 8% dari jumlah sel darah putih. Imunitas berdiameter Monosit merupakan sel darah terbesar seperti 12-18 pm, dan memiliki nukleus besar berbentuk telur atau yang dikelilingi oleh sitoplasma berwarna biru ginjal berfungsi sebagai fagosit keabuan pucat. Monosit berfungsi sebagai fagosit yang sangat aktif dan bermigrasi melalui pembuluh darah menjadi histiosit atau makrofag yang berumur panjang di dalam jaringan.

Mungkin kita semua sudah familiar tentang sel darah putih yang menjadi bagian dari diri kita, tubuh kita. Seperti yang sudah dijelaskan di atas mengenai sel darah putih. Setelah membaca tulisan di atas, masih ingatkan kalian tentang bagaimana sifat sifat dari sel darah putih atau leukosit? Mungkin pada poin ke dua sampai ke empat kalian sudah sangat familiar. Namun, bagi beberapa orang termasuk saya sendiri, sifat leukosit pada poin pertama merupakan hal baru bagi saya.

Diapedesis yaitu kemampuan pada sel darah putih (leukosit) untuk keluar menembus pori-pori membran kapiler menuju ke jaringan. Apakah kalian sudah cukup jelas dengan pernyataan diatas? Kalian pasti penasaran, begitu juga dengan saya.

Pembuluh darah dilapisi dengan endothelium, lapisan sel yang cenderung melindungi migrasi sel darah di luar sel. Namun, luka atau trauma bisa menyebabkan sel darah putih bermigrasi melintasi endothelium. Proses ini disebut diapedesis.

Akibat kondisi ini, sel darah putih menjadi bagian dari cairan interstisial, yang mengelilingi pembuluh darah dan sel jaringan tubuh. Sel putih dapat menunjukkan diapedesis untuk melawan infeksi pada jaringan yang mengelilingi pembuluh darah. Pembuluh darah itu sendiri menyediakan jalur built-in untuk diapedesis terjadi bila diperlukan.

Ketika sel darah putih melambat, mereka bisa tergelincir melalui ruang kecil di endotelium, yang disebut ruang interendothelial, yang melebar sebagai respons terhadap kehadiran bahan kimia yang diproduksi tubuh dalam jumlah yang lebih besar selama infeksi atau cedera traumatis. Melambatnya sel darah juga disebabkan oleh pelepasan zat kimia, yang membuat sel darah putih merespon untuk mengatasi infeksi.

Bagian dari pembengkakan karena cedera atau infeksi disebabkan oleh diapedesis. Sel-sel putih sangat aktif, karena sekaligus menghancurkan bakteri, mereka juga bekerja untuk membentuk penghalang di sekitar infeksi yang dapat membantu mencegah bagian tubuh lainnya agar tidak terinfeksi. Pada infeksi lokal kecil, efek ini bisa sangat bermanfaat. Pada infeksi yang lebih besar, infeksi yang bermigrasi dapat mengalahkan sel-sel putih yang bermigrasi.

Sel-sel yang terutama terlibat dalam proses ini adalah neutrofil dan sitokin. Neutrofil seperti tim tanggap darurat. Mereka adalah orang pertama yang tiba melalui diapedesis di tempat infeksi. Dalam 24 jam pertama infeksi, peradangan cenderung merupakan hasil sejumlah besar neutrofil yang mengisi situs ini.

Peradangan yang menetap biasanya diisi dengan berbagai leukosit dan cykotenes. Selain itu, peradangan jangka panjang cenderung menunjukkan sel darah putih selain neutrofil, yang hanya bisa hidup selama beberapa hari di luar pembuluh darah.

Kelainan autoimun langka yang disebut defisiensi adhesi leukosit dapat membahayakan prosesnya. Dengan kondisi ini, tubuh gagal menunjukkan respons kimiawi untuk memperlambat sel darah putih, sehingga diapedesis tidak dapat terjadi. Menghambat proses alami tubuh ini mengakibatkan jumlah infeksi yang lebih banyak yang sulit diobati karena diapedesis tidak terjadi seperti biasa. Terkadang transplantasi sumsum tulang dapat membantu mengembalikan respon kimia normal tubuh, sehingga mendorong diapedesis lebih teratur dalam merespons infeksi.

Pada saat zat asing memasuki tubuh dan menimbulkan peradangan, sinyal kimiawi akan memberitahu monosit sehingga ia pergi dari aliran darah menuju lokasi terjadinya serangan. Monosit akan menghabisi zat asing tersebut dan menghasilkan sitoksin yang berfungsi membangkitkan demam---hal ini adalah indikasi adanya perlawanan dalam tubuh terhadap zat asing, sekaligus mempercepat proses penyembuhan.

Monosit tidak bekerja sendirian, mereka dibantu oleh tim pendukungnya yaitu neutrofil. Peperangan ini seringkali menyebabkan kematian neutrofil, namun pengorbanannya tidak sia-sia. Saat mereka mati terbentuklah nanah yang menjadi salah satu bentuk pertahanan guna menghambat timbulnya infeksi.

Setelah itu monosit yang disebut juga makrofagus membawa bagian tubuh kuman yang telah mati untuk di data oleh limfosit. Sama halnya seperti tim forensik, limfosit mengembangkan antibodi berdasarkan data serangan kuman yang pertama guna mengatasi serangan berikutnya.

Limfosit memiliki dua departemen spesialis, pertama ialah sel B sebagai agen yang melepaskan antibodi guna mendeteksi keberadaan kuman yang telah di data sekaligus membunuhnya pada jarak jauh. Kedua ialah sel T sebagai tim yang menjaga agar antibodi tetap terpasang pada permukaan sel dan siap melakukan pertempuran jarak dekat.

Sel T memiliki tim pendukung yang siap membantu sel B dalam mengeluarkan senjata rahasia mereka, yaitu; antibodi. Sel-sel tersebut saling bertukar informasi melalui proses getaran sebelum serangan diluncurkan. Mereka juga mendapatkan bantuan dari kelompok sel pembunuh alami yang siap membasmi mutasi sel sehat menjadi sel asing.

Masih ingat dengan makrofagus atau monosit? Sel-sel tersebut dengan setia melanjutkan patrolinya dan berperan ganda sebagai ahli medis dalam menyembuhkan peradangan. Mereka menyingkirkan semua sisa sel mati dari area pertempuran, sehingga tubuh kita berfungsi sebagaimana mestinya.

Sebagai ilustrasi, kita dapat membandingkan tubuh kita dengan sebuah kota kuno. Sebuah kota biasanya terletak di tanah yang tinggi sehingga bila ada musuh menyerang, kedatangan mereka dapat terlihat dari jauh. Dan, kota itu dilindungi oleh sederetan tembok dan gerbang, yang diawasi oleh para penjaga. Dengan pertahanan demikian, kota itu tetap menjadi tempat tinggal yang aman. Jika kita membandingkan tubuh kita dengan kota semacam itu, kita dapat memahami lebih baik apa yang dibutuhkan untuk melindungi tubuh terhadap serangan.

Pada tubuh kita, barisan pertahanan terdepan yang menghadang serbuan kuman terdiri dari kulit dan selaput mukosa (misalnya, selaput yang melapisi hidung dan tenggorokan). Kulit kita bertindak sebagai penghalang fisik yang penting. Banyak dari miliaran kuman pada permukaan kulit kita akan disingkirkan sewaktu mereka ikut terbuang bersama kulit ari.

Selaput-selaput mukosa lebih rentan dan tidak setangguh kulit. Akan tetapi, mereka mengandung begitu banyak senyawa alami yang memerangi kuman. Salah satu senyawa demikian, yang disebut lisozim, terdapat pada air mata, air liur, dan keringat.

 Meskipun keasaman keringat saja sudah cukup untuk menghambat pertumbuhan banyak jenis kuman, lisozim membunuh kuman dengan menghancurkan dinding selnya. Karena alasan itulah binatang dapat menyembuhkan luka hanya dengan menjilatinya.

Mari kita bayangkan, ada bakteri pembawa penyakit berhasil masuk ke "kota" kita melalui luka atau penularan. Sepasukan sel langsung beraksi untuk mencapai satu tujuan---menyingkirkan kuman penyerbu dan memulihkan tubuh dari penyakit yang diakibatkannya. Sel-sel yang bertempur untuk mempertahankan tubuh disebut leukosit, atau sel darah putih. Ada tiga unsur sel darah putih yang penting dalam tahap pertarungan ini, yakni monosit, neutrofil, dan limfosit.

Sewaktu "mendengar" sinyal-sinyal kimiawi yang menunjukkan adanya peradangan di daerah tertentu, monosit akan meninggalkan aliran darah dan menembus jaringan yang bermasalah, tempat mereka menjadi makrofagus, yang artinya "si pemakan yang rakus". Di sana mereka melahap semua zat asing pada organisme itu. 

Selain itu, mereka mengeluarkan senyawa penting yang disebut sitokin, yang mempersiapkan tubuh untuk memerangi infeksi. Salah satu fungsi sitokin ini adalah untuk membangkitkan demam. Demam adalah fenomena yang berguna, yang menandakan bahwa mekanisme pertahanan sedang bekerja. Demam dapat mempercepat proses penyembuhan dan juga berfungsi sebagai petunjuk yang berguna untuk mendiagnosis kondisi tubuh.

Kemudian, neutrofil "mendengar" sinyal kimiawi dari zona yang meradang dan bergegas datang untuk membantu makrofagus. Mereka pun melahap bakteri. Sewaktu neutrofil ini mati, mereka terbuang dari tubuh sebagai nanah. Oleh karena itu, terbentuknya nanah merupakan salah satu jenis pertahanan. 

Dalam hal ini, istilah bahasa Latin yang digunakan para dokter selama berabad-abad sangatlah tepat: pus bonum et laudabile. Artinya, "nanah yang baik dan terpuji". Terbentuknya nanah turut menghambat infeksi. Setelah melumat kuman, sobat kita makrofagus "mempersembahkan", atau memamerkan, fragmen-fragmen kuman itu kepada limfosit untuk memperingatkan mereka terhadap para penyerbu ini.

Limfosit adalah pasukan elit superspesialis untuk memerangi infeksi. Mereka memproduksi senyawa yang disebut antibodi, yang secara khusus memerangi suatu jenis fragmen kuman tertentu. Terdapat dua regu utama pada limfosit, masing-masing memiliki kesanggupan yang berbeda. Yang pertama adalah sel B, yang melepaskan antibodi yang diproduksinya ke dalam aliran darah. 

Sel B ini telah dijuluki korps bersenjata pada sistem kekebalan, dan mereka menembakkan anak-anak panahnya, yakni antibodi, dengan ketepatan yang luar biasa. Antibodi ini akan "mencari" kuman yang mereka kenali, dan bagaikan anak panah, mereka akan menghunjam lokasi vital pada kuman. Regu utama berikutnya pada limfosit, yaitu sel T, menjaga antibodi yang ia kenali tetap terpancang pada permukaan sel. Mereka menggunakan antibodi ini untuk menghantam musuh---seolah-olah mengajaknya bertarung satu lawan satu.

Jalan ceritanya belum selesai sampai di situ. Sekelompok unsur pada sel T, yang disebut pembantu sel T, membantu rekan-rekan mereka, sel B, untuk mengeluarkan antibodi dalam jumlah besar. Sebelum serangan berlangsung, pembantu sel T ini berkomunikasi satu sama lain. Riset baru-baru ini memperlihatkan bahwa melalui sinyal-sinyal kimiawi, sel-sel ini saling "berbicara" dengan antusias, saling bertukar informasi tentang unsur asing, dalam bentuk komunikasi getar.

Bantuan lain juga diberikan oleh kelompok sel penting lainnya, sel pembunuh alami. Sel-sel ini tidak menghasilkan antibodi, tetapi mereka siap membunuh sel-sel yang menjadi "asing" karena terinfeksi. Jadi, sel pembunuh alami pun turut melindungi kesehatan tubuh.

Kemudian, berkat jasa memori imunologinya, limfosit sanggup mengingat karakteristik suatu kuman, seolah-olah mereka mempunyai arsip catatan riwayat kuman itu. Jadi, jika jenis kuman semacam itu muncul lagi, limfosit ini telah mempunyai antibodi spesifik untuk langsung menghancurkannya.

Makrofagus, sel-sel yang mengaktifkan respons sistem kekebalan, juga turut menuntaskan pekerjaan ini dengan berjaga-jaga untuk turut menyembuhkan peradangan. Mereka membersihkan daerah yang bermasalah dari sel mati, fragmen-fragmen sel, atau puing-puing yang tersisa dari "medan pertempuran" setelah bertarung, memulihkan ketenangan dan ketertiban "kota".

Dari bukti-bukti di atas, akhirnya kita tau bagaimana leukosit melakukan diapedesis, dan siapa saja yang berperan di dalamnya. Sudah sangat jelas bahwa kedua jenis leukosit yaitu leukosit granulosit dan leukosit agranulosit dapat melakukan diapedesis yang sangat baik.

Sumber: 1, 2, 3, 4 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun