Mohon tunggu...
putri
putri Mohon Tunggu... -

Awal dari ilmu pengetahuan adalah Membaca dan diabadikan dalam bentuk Tulisan. orang pintar dan sukses karena sering membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Bukan Hanya Profesi tapi Pengabdian

12 Maret 2018   10:34 Diperbarui: 12 Maret 2018   10:34 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Profesi sekarang menjadi sangat penting, apalagi dalam bidang pendidikan. menjadi seorang guru dalam kalangan remaja (SMA) sangat sulit. Karena, masa SMA itu masa-masa anak remaja sedang pubertas. Dimana mereka masih memiliki ego yang sangat tinggi. Seperti sebuah cerita dalam sebuah film yang berjudul "Freedom Writers". Dimana, hal tersebut merupakan pengalaman yang pertama menjadi seorang guru sekaligus wali kelas. Penasaran??  Yuk simak artikel ini.

Awalnya disebuah sekolah SMA Wilson, disana sangat beragam muridnya. Mulai dari yang berkulit hitam, berkulit putih, maupun berkulit coklat. Seorang guru yang bernama Erin, melangkahkan kakinya kesekolah tersebut untuk menjadi seorang guru. 

Ia berkeyakinan, bahwa sekolah tersebut akan mengalami perubahan, mulai dari siswa-siswanya sendiri. Hari pertama bu Erin masuk, dia kaget dengan kondisi kelasnya, terutama dengan siswa-siswanya. Bukannya, disambut dengan gembira oleh mereka, tapi siswanya malah membuat gaduh didalam kelas. Mereka, tidak akur satu sama lain. Tidak ada rasa kekeluargaan didalam kelas, mereka sering berkelompok dengan orang yang cocok dengannya. Sering kali, kelas tersebut bertengkar satu sama lain.

Hari pertama yang kurang menyenangkan. Pulang kerumah bu erin merasakan sangat capek, tapi ia tidak putus asa. Ia berpikir keras bagaimana membuat kelasnya menjadi nyaman. Hari demi hari, strategi yang dipakai bu erin, tidak membawa perubahan. Hingga tiba waktunya, puncak pertama kalinya ada seorangh murid mulai bertanya. 

Berawal dari seorang murid yang iseng, dia menggambarkan sosok wajah dalam sebuah kertas dengan wajah yang jelek dll untuk disebarkan kedalam 1 kelas, hingga kertas terakhir jatuh ke orang yang dimaksud. Seorang guru bertanya, siapa yang menggambar ini. Tak satupun yang mau mengakuinya. Sedikit demi sedikit bu erin memancing, dengan sebuah kasus antara peperangan seorang yahudi dalam sebuah buku yang memiliki gengster. Mulailah, mereka tertarik dengan cerita sang guru. "Bahwasannya, orang lain tidak akan mengenang jasad kalian hanya dengan selembar kertas".

Keesokan harinya, bu erin membuat permainan didalam kelas dengan memberikan beberapa pertanyan tentang kondisi dan keadaan sang murid setiap harinya. Timbullah sebuah tawa, dalam kelas tersebut. Karena murid-murid merasa nyaman dengan pengajaran yang dilakukan oleh bu erin. Bu erin memberikan sebuah buku tulis per orang, dengan maksud agar semua yang dirasakan, yang dialami oleh sang murid bisa dituangkan dalam bentuk tulisan. Bu erin tidak menyangka, bahwa metode tersebut berhasil ia lakukan. Semua siswanya menuliskan isi perasaan, kejadian-kejadian dalam dirinya dalam sebuah buku. Bu erin membaca, isi buku sang murid satu persatu dengan penuh rasa simpati. Ternyata dibalik kenakalan sang murid, mereka mempunyai sebuah kehidupan yang sangat menyakitkan, sehingga mereka semua berprilaku seperti itu.

Bu erin, mendiskusikan hal tersebut kepada sang ayahnya tentang kejadian yang dialami oleh sang murid, dan ayahnya sangat mendukung dan beliau berkata "kesuksesan itu mengikuti pengalaman, jadi carilah pengalaman yang lebih".

 Bu erin bingung, dari segi fasilitas sekolah seperti buku dll tidak mencukupi dan kepala sekolah pun tidak mendukung, karena kepala sekolah berpikir bahwa buku yang diberikan kepada murid-murid sekolah akan sia-sia sebab tak ada yang mau membacanya. Bu erin kemudian bekerja keras, untuk mengumpulkan uang dan membelikan buku untuk muridnya 1 kelas, yang berjudul "His Life Dead End". Hal tersebut berhasil membuat murid-muridnya tertarik untuk membaca untuk pertama kalinya.Mereka juga diajak, untuk menonton sebuah film yang mana didalamnya terdapat motivasi-motivasi dan membaut sebagian murid-murid tersebut sadar akan hal itu.

Bu erin sebagai guru kelas, tidak berhenti membuat sebuah pembelajaran yang menyenangkan dengan membuat sebuah permainan yang berjudul "Toast For Change".didalam sebuah permainan itu, ada sebuah tas yang berisi 4 buku, jika sang murid ingin mnedapatkannya, maka mereka harus bercerita dengan tujuan untuk sebuah perubahan hidup yang lebih baik. Permainan itu menceritakan tentang sebuah perubahan. Lalu, sebuah kisah yang sangat menyedihkan dari salah satu murid tentang keluarga, ia berkata bahwa ia kangen ingin pulang kerumah dan rindu dengan keluarganya. Hal itu, membuat teman-temannya merasa care untuk pertama kalinya.

Rasa ingin tahu mereka semakin muncul, dengan buku baru yang diberikan oleh bu erin. Didalamnya terdapat seorang penulis yang sudah Lansia yang bernama Miep Gies. Mereka bermaksud untuk mengundang beliau. lalu sebuah pendapat dari seorang murid untuk mengundang penulis buku terbaru itu untuk menceritakan secara langsung kejadian-kejadian yang ada dalam buku tersebut. Tapi, kendalanya adalah bu erin tidak mempunyai cukup uang untuk hal itu, kemudian semua siswa berusaha mengadakan sebuah pesta untuk seluruh siswa yang ada disekolah. 

Pesta tersebut berupa bazar dll, mereka bekerja keras berlatih  agar mereka mendapatkan uang yang banyak untuk itu dan mereka sangat kompak. Akhirnya mereka berhasil dan bisa mengundang tokoh tersebut dalam acaranya. Miep Gies, menceritakan semua kejadian-kejadian tentang orang yahudi, yang mempunyai sebuah gengs, cerita tersebut sangat mengesankan oleh para murid-murid bu erin. Mereka kagum, akan hal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun