Pandemi Covid-19 tak ayal memukul pedagang martabak kaki lima. Meskipun mengalami penurunan jumlah pembeli, mereka bertahan karena sudah menekuni usaha ini selama beberapa tahun.
Pedagang martabak Bengkulu di jln.depati payung negara kota Bengkulu,Fitra.G (26),"Saya biasa berjualan di sini mulai pukul 17.00-01.00 WIB," ujar dia, .Minggu (11/april/ 2021). Ia mengaku hasil berjualan martabak memanfaatkan keramaian kota cukup menjanjikan meski besaran pendapatan tidak tentu, minimal Rp200.000 bisa diperoleh selama delapan jam buka lapak di sini. Namun sejak beberapa hari terakhir, pendapatan itu menurun dibandingkan hari biasanya. Penurunan mulai dirasakan sejak pemerintah memutuskan berlakukan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) .
"Tentu berdampak pada penghasilan setiap harinya, sekarang balik modal Rp90.000 saja sudah alhamdulilah," ujar pria berusia 26 tahun itu. Setelah diberlakukan PSBM, fitra gunawan mengaku terpaksa mengurangi bahan baku martabak dari 2 kilogram menjadi 1 kilogram untuk menghindari kerugian. "Kalau sudah pukul 23.00 WIB saya ke sini lagi, dan alhamdulilah ada saja pembeli," ucap pria asal bengkulu itu.
Ia mengaku menerima apa yang menjadi kebijakan pemerintah karena hal itu untuk kebaikan bersama memutus rantai penyebaran Covid-19. Ia berharap dengan diberlakukannya PSBM dapat menekan kasus sehingga penutupan jalan tidak diperpanjang.