Mohon tunggu...
Puspito Rahman
Puspito Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mari Menulis

Pelajar ~ EO | Volunteer | Socialprenenur | Sipil (Rakyat biasa) dalam proses belajar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Bulan Ramadan 2021: 3 Tradisi Ramadan Sarat Makna yang Berubah di Masa Pandemi

17 April 2021   00:03 Diperbarui: 17 April 2021   00:02 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

      

   Tradisi saat bulan ramadan di setiap daerah memang berbeda-beda, selain kegiatannya, seringkali namanya juga beda, Hehee.... tapi memang sangat menarik untuk diikuti, kegiatan untuk menyambut bulan ramadan, saat ramadan bahkan pasca ramadan sekalipun, selalu tersirat makna falsafah tersendiri.

                Oh ya, selamat menunaikan ibadah puasa, untuk kompasianer yang menjalankan. Semangatnya tetap di jaga ya, walaupun kita masih dalam masa pandemi, banyak kegiatan yang berubah peraturannya, bahkan sampai ada yang di tutup. Setidaknya kita, masih diberi kesempatan untuk memaksimalkan ibadah puasa di tahun 2021 ini, semangat..

                Ngomongin soal tradisi di bulan ramadan, memang betul disetiap tradisi yang dilakukan di Indonesia, seringkali sarat akan falsafah sosial yang mendalam.

                Melansir dari pemberitaan Megapolitan Kompas, 13 April 2021, Mengisi kegiatan menjelang berbuka dalam bentuk kegiatan sosial, berkumpul dengan sanak saudara, belanja makanan, bahkan berburu takjil sekalipun, sudah menjadi tradisi wajib yang dilaksanakan di bulan ramadan.


                Satu, Ngabuburit, sudah menjadi agenda wajib di bulan ramadan. Tradisi ini sebenarnya bisa diisi dengan kegiatan apapun, pokoknya santai, hingga tiba waktunya berbuka. Asal kata dari ngabuburit sendiri, dari bahasa Sunda. Berasal dari kalimat "ngalantung ngadagoan burit", yang terdaftar dalam kamus Bahasa Sunda.

            Ngalantung ngadagoan burit, yang berarti "bersantai sambil menunggu waktu sore", dimana burit bermaksud waktu sore hari. Walaupun bersantai mengisi waktu sore hari yang dimaknai dengan menunggu berbuka puasa. Akan lebih, bermakna dan afdol jika diisi dengan belanja takjil dari warung-warung dadakan, yang berada di pinggir jalan, dimana warung di buka menjelang waktu berbuka dan tutup menjelang waktu sholat isya.

            Jika pun, dirasa terlalu berlebihan saat berbelanja. Tak ada salahnya pula untuk, membagikan takjil secara pada yang membutuhkan. Sudah mendukung warung dengan membeli barang dagangannya, mau di sedekahkan pula takjil yang dibeli. Pastilah, akan berlipat hasil ibadah yang dibuat.

            Namun saat ngabuburit jangan melupakan 3 M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) saat mengisinya, terlalu lama berkumpul, saat membeli barang dagangan juga berpeluang menyebarkan virus apapun, sebab kita masih dalam masa pandemi.  

                Pada tradisi yang kedua ini, cukup memiliki banyak nama dibeberapa daerah sebut saja obrog-obrog jika di indramayu, namun berbeda pula sebutannya jika di surabaya, Patrol. Melansir dari Harian Kompas  28 Oktober 1971, Patrol sudah sudah menjadi tradisi saat bulan ramadan di Surabaya. Momen patrol saat itu, dengan sekarang pasti berbeda.

                Masa sebelum pandemi, patrol dapat dilaksanakan bersama, berkumpul dengan pemuda sekampung, untuk menyanyikan lagu apapun, dan diiringi musik dilanjutkan memutari kampung. Biasanya kegiatan patrol dimulai menjelang sahur kisaran jam 1 hingga jam 3 dini hari.

                Patrol bukan kegiatan tanpa makna, hanya untuk berkumpul dan bernyanyi, tujuan dari kegiatan ini sebenarnya untuk membangunkan seluruh warga kampung, agar segera bersiap untuk sahur, bayangkan saja kalau sampai terlewat untuk sahur. Pasti ibadah puasa yang dijalani seharian akan terasa lebih mudah lelah dan mengantuk. Begitu lah pentingnya patrol.

                Ramadan 2021, kali ini berbeda, sebab untuk berkumpul terlalu lama, tanpa memperhatikan protokol kesehatan, juga berpeluang terjadi penularan virus. Hingga, agenda patrol dianjurkan untuk ditiadakan di beberapa daerah.

                Ketiga, Mudik. Kata mudik berasal dari akronim bahasa jawa, salah satunya cerita yang bermula dari jaman majapahit. Dimana pejabat-pejabat daerah yang tersebar di seluruh wilayah, saat momen tertentu mereka akan kembali ke pusat pemerintahan dan mengunjungi kampung halaman. Mudik dalam bahasa jawa Mulih Disik yang berarti pulang dulu (sebentar). Melansir dari kompas 6 juni 2018

                Namun, istilah mudik santer digunakan pada tahun 1970. Mudik sudah menjadi agenda wajib setelah pelaksanaan ibadah puasa di bulan ramadan. Saat mudik momen yang ditunggu bagi keluarga yang memiliki sanak saudara bekerja di perantauan. Sebab agenda mudik sendiri akan dilanjutkan dengan tradisi lebaran.

                Lebaran, pasca ibadah puasa  bulan ramadan, biasanya diisi dengan makan opor ayam, jajanan khas daerah, hingga berkumpul sanak saudara yang sudah merantau jauh untuk merekatkan tali persaudaraan. Begitulah pentingnya tradisi mudik, berawal dari mudik silaturahmi bisa lebih direkatkan.

                Bukan menjadi isu yang mudah untuk dilakukan, larangan mudik yang dikeluarkan oleh pemerintah dari rentang waktu 6 mei hingga 17 mei 2021. Namun masih ada pengecualian, bagi mereka yang nekat untuk mudik sebelum dan sesudah tanggal yang ditetapkan pemerintah diperbolehkan dan siperlancar mudiknya, tapi jangan terlalu lama untuk ijin cuti libur yaa, berpengaruh pada kinerja nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun