Di sebuah rumah sakit, seorang wanita baru saja sadar dari komanya. Dia adalah Mayang wanita yang selamat dari kecelakaan lalulintas yang menimpanya. Pada saat kejadian di dalam mobil terdapat 2 orang pengemudi yaitu mayang dan suami, namun sang suami tak dapat diselamatkan karena cedera parah pada kepalanya. Mayang yang mengetahui bahwa suaminya telah tiada hanya bisa menangis dan menyesal karena tidak dapat menghadiri pemakaman sang suami tercinta.
Sudah sebulan setelah kejadian, mayang memulai aktivitasnya seperti biasa dan kesedihannya pun berangsur menghilang. Dia berada di rumah bersama putra satu-satunya yang masih berusia 5 tahun. Anaknya sangat pendiam dan jarang berbicara, bahkan ketika mayang mengajaknya bicara sang anak hanya diam, hal itu sudah menjadi hal biasa dan mayang memakluminya karena dia berpikir sang putra hanyalah anak-anak. Namun ada kalanya mayang merasa aneh dengan sikap sang anak, seperti ketika dia mengecek ke kamar sang anak pada malam hari, dia selalu menemukan sang anak berdiri di depan jendela kamarnya yang sedang melihat ke arah kolam yang memang kamar sang anak berada di lantai dua berhadapan dengan kolam. Sang anak juga tidak pernah keluar rumah atau sekedar bermain bersama anak-anak lain. Yang dilakukan sang anak hanya berdiam diri dikamarnya.
Pagi itu, saudara perempuan mayang datang untuk mengajaknya mengunjungi makam suami yang sekalipun belum pernah dia kunjungi. Mayang pun setuju dan mengajak serta anaknya ikut bersamanya ke makam. Sepanjang perjalanan mayang terus mengajak bicara anaknya, ,mereka duduk bersama di kursi belakang. Sang kakak yang berada di kursi kemudi, sesekali melirik ke arah spion, dia memandang sang adik dengan raut sedih.
Akhirnya mereka sampai makam, di sana mayang merasa kebingungan, pasalnya di samping makam sang suami terdapat makam yang berukuran lebih kecil, di mana nama sang anak terukir di batu nisan tersebut. mayang hanya terdiam, lalu memorinya mulai memutar di kejadian tiga tahun lalu saat sang anak ditemukan tenggelam di dalam kolam yang berada di rumahnya. Sang anak meninggal karena kelalaian mayang yang tidak mengawasi sang anak yang bermain di dekat kolam. Akibat kejadian itu mayang mengalami depresi berat yang membuatnya melupakan kenyataan bahwa sang anak telah tiada. Setelah ingatannya kembali, mayang sontak melihat ke arah di mana sang anak berdiri tadi, dia menemukan sang anak menatapnya dengan keadaan basah kuyup dan wajah pucat.