Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyingkap Trauma Tersembunyi

5 Juli 2012   17:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:16 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama bertahun-tahun Al mendampingi warga yang menjadi korban perikaian bersenjata antara militer Filipina dan milisi New People Army yang beraliran komunis. Banyak warga sipil yang terbunuh karena pengeboman yang serampangan oleh militer Filipina. Pendekatan kekerasan yang digunakan oleh pemerintah ini menimbulkan penderitaan di kalangan rakyat. Batin Al sangat tertekan menyaksikan peristiwa yang sangat mengenaskan.

Karena sudah terlalu lama bekerja di akar rumput, maka pimpinan organisasi memutuskan untuk menyekolahkan Al di Amerika. Pada suatu hari, di dalam perkuliahan, seorang dosen memaparkan teori tentang pengampunan. Selama perkuliahan, Al merasa sangat gelisah mendengar kata-kata sang dosen. Hingga akhirnya dia tidak dapat menahan diri lagi. Dia berdiri dan menentang pengajaran sang dosen. Saat itu dia tidak percaya lagi tentang pengampunan. Dia lalu bercerita bagaimana rakyat Filipina yang tak bersalah dibantai secara massal. "Begitu mudahkah menyelesaikan persoalan hanya dengan pengampunan?" sergah Al. Selanjutnya dia memaki-maki dosen. Menurutnya, berdasarkan pengalaman selama bertahun-tahun mendampingi korban konflik, pengampunan adalah omong kosong.

Al Fuertes adalah fasilitator pada pelatihan "Pemulihan Trauma Berbasis Masyarakat" yang diselenggarakan oleh Mindanao Peacebuilding Institute di Davao. Filipina. Al membagikan cerita ini pada hari kedua pelatiah untuk menunjukkan bahwa keberadaan trauma itu tidak mudah dikenali. Kadang-kadang, trauma itu terpendam di jurang alam bawah sadar manusia selama bertahun-tahun. Hingga suatu ketika, trauma ini muncul secara tiba-tiba ketika terpicu oleh sesuatu.

Pengalaman yang hampir sama dimiliki oleh Dedet. Dia adalah co-fasilitator pelatihan. Suatu ketika, dia harus mengevakuasi dan mengidentifikasi jenazah korban pembantaian massal oleh tentara pemberontak di Mindanao. Karena begitu banyaknya jasad yang harus dipulasara, Dedet tidak pynya waktu lagi untuk meratap.

Hingga akhirnya pada saat ikut pelatihan. Dia ambil bunga. Setiap kelopak dia petik dan dijatuhkan ke dalam tanah sambil menyebutkan nama mereka satu persatu. Namun begitu kelopak-kelopak itu menyentuh lantai, meledaklah tangis Dedet. Untuk pertama kalinya Dedet meratapi tragedi kemanusiaan yang dia saksikan.

+++

13415074291707042872
13415074291707042872
Lima hal terpenting dalam hidup

Al membagikan kertas berbentuk daun dan bunga yang berwarna-warni. Tugas partisipan adalah menuliskan 5 hal yang paling penting dalam hidupnya pada kertas tersebut. Ada yang menulis: pekerjaan, keluarga, teman, kesetaraan, keadilan dll.  Kertas tersebut ditempelkan pada papan tulis di depan kelas.

"Kertas-kertas yang ditempel itu melambangkan masyarakat. Lihatlah, ada taman yang indah di situ. Jenisnya bermacam-macam dan berwarna-warni. Hal itu melambangkan bahwa setiap nilai individu mendapat tempat di dalam masyarakat," kata Al.

Tiba-tiba Al meremas, merobek dan merusak tempelan tersebut. Hal itu untuk menggambarkan peristiwa yang menimbulkan trauma di dalam masyarakat. Peristiwa itu biasanya berupa peperangan, konflik, bencana dan wabah penyakit. Taman yang semula tampak indah berubah menjadi kurang indah. Ada perasaam marah, dendam, sakit hati, kejengkelan, dll. Ini adalah trauma massal. Semua anggota dalam masyarakat terkena trauma.

Trauma ini datang tak terduga. Kadang trauma masuk ke dalam inti batin sehingga tidak mudah untuk diketahui. Itu sebabnya, langkah pertama dalam pemulihan trauma adalah mengenali dan mengakui adanya trauma itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun