Mohon tunggu...
Pungky Prayitno
Pungky Prayitno Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

bentuk lain ultraman

Selanjutnya

Tutup

Nature

#15: Selokan Acil (Kolaborasoy Bersama Om Inin Nastain)

6 Februari 2011   14:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:51 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12970015541742439489

namaku Acil. kata mama singkatan dari anak kecil. aku suka makan permen. dan suka menghasilkan banyak sampah permen. dan dan yang paling aku suka adalah membuang sampah permen di selokan. hihihi lucu! warna warni bungkus permen akan mengambang lalu seperti terbang. mengikuti aliran. lalu berhenti di lobangan tempat kuman-kuman membangun istana selokan. setiap hari aku biasa buang cangkang permen ke selokan yang mengalir di kampungku...kadang-kadang aku ajak temen-temen, biar tambah seru... makin banyak cangkang permen yang kami buang di selokan, makin warna-warni kaya pelangi selokan itu... kadang-kadang kita berlomba siapa yang paling banyak cangkang permen, dia yang juara... dan aku, selalu paling banyak buang cangkang permen ke selokan itu... aku senang bermain perahu cangkang permen di selokan. kadang kalau gigiku sakit, aku tidak bisa makan permen. maka kami jadikan bekas botol minuman sebagai penggantinya. seruuuu! eh tapi tidak untuk sekarang. selokan sekarang bau busuk! yaiksss.. mendekatpun aku jijik. apalagi bermain? tidaaaaak. aku sudah tidak mau bermain dengan selokan. selokan jorok! ibunya dia tidak pernah mengajari mandi. Akhir-akhir ini, aku jadi agak males main perahu-perahuan di selokan dusunku dari cangkang permen itu. Perahu-perahuan kami, sekarang jalannya tersendat gara-gara ibu-ibu dan bapak-bapak di dusun kami, ikut-ikutan buang plastik, bikin perahu di selokan. Selakon jadi bukan lagi tempat enak buwat main perahu-perahuan. Uuuuhhhh... sebel, dech.. Sekarang, selokan di kampungku, gara-gara orang dewasa juga ikut bikin perahu-perahuan, jadi bau jijik... iiihhhhh... yang bikin mangkel, kadang-kadang kakak-kakak laki-laki kami di dusun, asal aja buang puntung bekas rokoknya di selokan. Belum lagi kakak-kaka kami yang perempuan. Gara-gara orang dewasa ikut bikin perahu-perahuan di selokan tempat kami main perahu-perahuan, s elain jadi bau busuk, sekarang jadi dikerubutin sama lalat, gara-gara ada perahu-perahuan yang masih ada darahnya.. iiihhhhhh... jijiikk... bikin sebel dech orang-orang dewasa di dusunku ini. Padahal khan, kalau mereka mau ikut-ikutan bikin perahu-perahuan, mereka bisa ke dusun sebelah. Di sana ada kali yang cukup besar . mereka khan bisa main sepuasnya di sana. Kenapa ikut-ikutan di selokan dusun? Ahhh, dasar masa kecil kurang bahagia. Sekarang, tidak ada lagi temen-temenku yang main perahu-perahuan di selokan dusun ku. Abisnya selokannya sekarang jadi jelek, jadi dekil.... Tapi kasian juga selokan, sekarang ngga ada temennya... Ahhh... ini semua gara-gara orang dewasa itu, orang-orang Ndapret.. orang-orang Kentirrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr.... Kasian selokan.... ------------- namaku elok. panggil saja begitu. aku lebih senang dipanggil begitu dibanding disebut dengan nama lengkapku. selokan. karena nama panjangku lebih sering disebut jika para manusia mengingat hal-hal jelek tentang aku. sebenernya aku tidak buruk. memang. aku dihidupkan sebagai tempat pembuangan. tapi kata ibu, tugasku hanya menjadi sarana transportasi si monster-monster limbah air. dan menurutku itu tidak buruk. aku menjalankan tugasku sebagai mestinya. dimana buruknya aku? dulu. tugasku mengantar monster limbah air sampai ke rumah kakak sungai. setelah itu aku tidak pernah tau lagi kemana perginya monster limbah. yang aku tau cuma tugasku telah selesai. dan aku senang. eh. tapi itu dulu. sekarang. aku tidak pernah lagi mengantar semua monster limbah air sampai ke kakak sungai. sebagian monster bisa kuantar kesana. tapi sebagian lagi akhirnya menetap bersamaku. bagaimana mungkin mereka semua dapat kesana? sedangkan setiap tiga meter aku sudah dipenuhi perahu plastik para manusia. dulu perahu ini cuma satu dua. sekarang setiap tiga meter aku adalah tumpukan rongsokan mereka. perahu-perahu plastik yang kata ibu bukan tugasku menguraikan mereka. jadi mana aku bisa. namaku elok. panggil saja begitu. aku lebih senang dipanggil begitu dibanding disebut dengan nama lengkapku. selokan. karena nama panjangku lebih sering disebut jika para manusia mengingat hal-hal jelek tentang aku. iya. sekarang aku adalah si jelek. genangan busuk dengan aroma menusuk. kata ibu, tugasku hanya menjadi sarana transportasi si monster-monster limbah air. tapi ternyata manusia tidak pernah peduli dengan hal kecil seperti aku. jangankan mereka. anak-anak mereka saja sudah menyampahi aku sedemikian rupa. siapa yang menegur mereka? boro-boro. para manusia dewasa terlalu asik membuat aku semakin busuk. namaku elok. panggil saja begitu. dan jangan salahkan aku jika kota manusia di gentayangi mosnter air bah. kakak sungai yang sudah marah. alirannya disumbat sampah. bukan aku. bukan aku. [caption id="attachment_88853" align="aligncenter" width="550" caption="google"][/caption] dua kota, 6 february 2011

Ayo! Lakukan sendiri bukti cintamu pada bumi!

---------------- memenuhi permintaan kolaborasoy seorang om kompasianer. malam ini, Om Inin jadi Acil dan Pungky jadi Elok :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun