Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Sang Perwira

20 Maret 2020   07:32 Diperbarui: 20 Maret 2020   07:40 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pagi Penuh Asa--dokpri

Pengalaman adalah guru terbaik untuk pembelajaran. Kisah ini memberikan arti tersendiri dalam kehidupanku kini. Hidup adalah tentang bagaimana menjalani, menikmati dan mensyukuri.

Pernah mengenal seseorang dalam kehidupan di masa lalu, bukan berarti tak berkesan untuk saat ini. Sebut saja dia "Nash" seorang teman masa remajaku. Pernah berharap jika di kehidupan yang akan datang kita bisa bersama. 

Namun perjalanan hidup sungguh tak dapat kita menebaknya, walau dengan sebuah perencanaan yang matang pada akhirnya ketentuan telah digariskan oleh Sang Maha Kuasa.

Menjelang usia kami dewasa, jalan cerita pun sedikit berubah dari apa yang kita rencanakan. Nash sebagai seorang putra yang patuh terhadap orang tuanya, dengan tekadnya yang kuat berniat untuk menimba ilmu demi meraih cita-citanya. Selain itu juga ia harus mengabulkan permintaan orang tuanya untuk menjadi seorang tentara.

Nash pun membicarakannya denganku sebagai orang yang dekat dengannya saat itu. Aku tak bisa menghalangi niatnya untuk menggapai cita-citanya juga orang tuanya.

Masih teringat pada saat itu Nash sedang bekerja di sebuah perusahaan bonafit yang terletak di Cikampek. Untuk terakhir kalinya kita bertemu dan dengan perasaan yang berat aku memutuskan sebuah tali yang mengikat hubungan kita berdua. Dan aku tak ingin berharap banyak padanya jika suatu hari nanti ia akan datang kembali.

Pergilah Nash melanjutkan studinya dengan mengambil jurusan yang sangat ia idamkan untuk menjadi seorang pharmacist. Dari sana pertemuan pun terhenti, tak pernah kudapat kabar tentangnya lagi. Lupa mungkin begitu pikirku, dan akhirnya aku pun berusaha untuk melupakannya. Dan itu adalah salah satu penyesalanku yang sudah tak berguna kini.

Waktu pun berlalu, hari berganti bulan pun berlalu hingga entah berapa tahun telah membuat kisah kita dengan kehidupan yang masing-masing berbeda. Dan aku benar-benar berpikir jika ia telah melupakanku. Hingga pada suatu hari namanya muncul di sebuah sosial media dan lewat di berandaku.

Bagai anak itik yang bertemu induknya, betapa girang hati ini dan entah seberapa besar rasa rindu ini tersimpan untuknya. Namun harus kusadari jika kehidupan kita sudah jauh berbeda karena tentunya masing-masing dari kita telah berkeluarga.

Singkat cerita kita pun berjumpa di udara, berkisah tentang perjalanan yang selama ini telah terlewati. Dan tentang rasa itu mungkin harus kita hapus dengan semestinya. Kini kita hanyalah sebagai sahabat, walau mungkin ternyata sulit bagiku untuk melupakan masa lalu karena ia adalah cinta pertamaku.

Akhirnya aku harus mengetahui sebuah kenyataan jika ia sesungguhnya tak pernah melupakan. Dan itu sungguh menyakitkan. Perasaan bersalah dan kecewa seperti menikam hatiku yang dulu sangat menyayanginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun