Bantul, 26 September 2025 -- Suasana Jumat pagi di MAN 2 Bantul terasa berbeda. Setelah melaksanakan sholat Dhuha berjamaah dan pembacaan Asmaul Husna, seluruh siswa mengikuti kegiatan Jumat Bertasbih edisi pekan ke-4. Pada kesempatan ini, warga madrasah melakukan pemasangan 20 unit Losida (Lodong Sisa Dapur) di berbagai titik lingkungan madrasah.
Kegiatan ini diikuti oleh siswa kelas X, XI, dengan pendampingan para wali kelas, guru, serta Tim Adiwiyata. Masing-masing kelas X mendapatkan tugas memasang Losida di lokasi berbeda: mulai dari depan masjid, kebun dekat pohon alpukat dan pepaya, halaman madrasah, hingga area dekat pos satpam. Sementara itu, siswa kelas XI bertugas membersihkan jalan masuk madrasah dan kelas XII fokus pada pembelajaran TKA.
Apa Itu Losida?
Losida merupakan wadah sederhana berbentuk lodong yang difungsikan untuk menampung limbah organik yang bisa terurai, dapat berupa sisa makanan (food waste), terutama dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), rerumputan, dedaunan maupun bahan organik lainnya.Â
Namun, sebelum masuk ke Losida, sisa MBG terlebih dahulu dimanfaatkan secara berlapis, yaitu untuk:
1. Pakan ternak -- sisa makanan yang masih layak diberikan pada hewan ternak.
2. Pakan magot -- sebagian sisa makanan dialihkan untuk pakan magot.
3. Ecoenzim -- sisa buah dan sayur difermentasi menjadi cairan serbaguna ramah lingkungan.
4. Pupuk cair (ember tumpuk) -- sebagian limbah diolah menjadi pupuk organik cair.
Residu akhir yang tidak bisa diolah lagi kemudian dimasukkan ke dalam Losida. Dengan cara ini, tidak ada sisa makanan yang benar-benar terbuang percuma.
Losida di Sudut-Sudut Madrasah
Sebanyak 20 losida yang dipasang kali ini ditempatkan di lokasi-lokasi strategis: pot-pot besar depan masjid, kebun sekolah, halaman madrasah, hingga area dekat parkir.Â
Penempatan ini bukan tanpa alasan. Losida diharapkan mudah dijangkau, berada di area teduh, dan bisa sekaligus menjadi media edukasi bagi siswa tentang pentingnya pengelolaan sampah organik.
Ketua Panitia Adiwiyata 2025, Saryanto, menambahkan, "Target kami bukan hanya madrasah bersih, tetapi juga menuju madrasah zero waste. Losida adalah salah satu langkah nyata menuju ke sana."
Secara ilmiah, losida bekerja dengan prinsip fermentasi anaerob, yakni proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme tanpa oksigen. Bakteri pengurai memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang menghasilkan dua produk utama: pupuk cair (lindi) yang bermanfaat untuk tanaman, dan residu padat yang bisa dijadikan kompos.Â
Proses ini membuat losida tidak hanya mengurangi timbulan sampah organik, tetapi juga memberi nilai tambah berupa produk ramah lingkungan.
Pemasangan Losida bukan sekadar agenda kebersihan rutin, melainkan bagian dari gerakan zero waste di MAN 2 Bantul. Melalui inovasi ini, sampah makanan yang semula dianggap masalah justru menjadi berkah: bermanfaat untuk ternak, magot, pupuk, hingga ecoenzim. Losida mungkin hanya wadah sederhana, tapi fungsinya besar. Ia mengajarkan bahwa menjaga bumi tidak selalu memerlukan teknologi canggih. Kadang, cukup dengan ide kreatif dan kemauan bersama.
Dan siapa tahu, dari madrasah ini, gerakan Losida bisa menyebar ke sekolah/madrasah lain, bahkan rumah tangga kita (Pjl).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI