Mohon tunggu...
Puji Kamilah
Puji Kamilah Mohon Tunggu... -

Puji Siti Milatul Kamilah seorang mahasiswi Semeter V di Universitas Galuh Ciamis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Pribumi Sang Korban Kapitalisme

23 Desember 2014   18:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:37 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak asing memang ketika kita menyebutkan kata “Gender” yang terlintas dipikiran kita yaitu persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.Tetapi disini penulis mengajak terlebih dahulu untuk lebih memahami perbedaan antara Gender dan Seks. Hungu (2007) mengatakan “seks ( jenis kelamin ) merupakan perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks ( jenis kelamin ) berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, ketika secara biologis perempuan mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui, dan biologis laki-laki memiliki jakun, kumis dan janggot. Dan faktor biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya. Dan ketika kita berbicara seks (Jenis Kelamin) sejatinya kita berbicara tentang sesuatu yang hal tidak dapat diubah contohnya alat kelamin, serta tentang merupakan sebuah kodrat Tuhan contohnya Ciri utama laki-laki berbeda dengan perempuan, dan merupakan ciptaan Tuhan contohnya Perempuan bisa haid, hamil, melahirkan dan menyusui sedangkan laki-laki tidak bisa.

Sedangkan pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku (John M. echols dan Hassan Sadhily, 1983: 256). Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Dan ketika berbicara tentang gender tentu kita berbicara tentang sesuatu hal yang dapat dirubah contonya peran dalam kehidupan sehari-hari, danbukan merupakan kodrat Tuhan contohnya Sifat atau mentalitas antara laki-laki dengan perempuan bisa saja sama, serta buatan manusia contohnya laki-laki dan perempuan berhak menjadi calon ketua RT, RW, kepala desa, wakil rakyat bahkan presiden.

Kemudian berbeda halnya dengan emansipasi, emansipasi merupakan pandangan orang tentang persamaan hak diantara laki-laki dan perempuan. Pernyataan inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya istilah "Kesetaraan Gender", emansipasi yaitu perjuangan kaum perempuan demi memperoleh hak memilih, mendapatkan keadilan, dan menentukan nasib sendiri bukan untuk menuntut kesetaraan gender.. Sedangakan arti kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana semua manusia (baik laki-laki maupun perempuan) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran gender yang kaku.  Hal ini bukan berarti bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu sama, tetapi hak, tanggung jawab dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan) (Unesco, 2002).

Ketika krisis kemanusiaan akibat dari kecendrungan, ideologi, dan gagasan yang tidak utuh. Contohnya, ide dan gerakan emansipasi yang dikumandangkan oleh para penggerak feminisme, yang mendorong agar wanita diberi kesempatan yang sama diarea publik dengan laki-laki. Kesempatan ini ternyata dimanfaatkan oleh perusahaan padat karya dengan merekrut pekerja perempuan lebih banyak dari pada pekerja laki-laki. Akibatnya, kaum laki-laki susah mendapatkan pekerjaan dan implikasi lebih lanjut rumah tangga akan berantakan karena perempuan merasa lebih hebat dari pada laki-laki. Kapitalisme tentu saja tidak lepas dari pembicaraan tentang tenaga kerja atau buruh dalam satu industialisasi. Sebagai objek pemilik modal, buruh menjadi lahan empuk untuk dieksploitasi dalam rangka meningkatkan profit yang sebesar-besarnya. Ciri umum sebuah industri kapitalis adalah tidak adanya koherensi antara pendapatan pemilik modal dengan buruh sebagai mesin industry. Dari sini, strategi mulai dimainkan oleh pemilik modal. Ekspolitasi terhadap buruh dirancang sedemikian rupa sehingga tak tampak sebagai bentuk eksploitasi, baik dengan iming-iming jaminan kesehatan maupun yang lainnya. Dalam hal tertentu juga menurut penulis, para pemilik modal memanfaatkan kaum perempuan sebagai mesin penunjang industri. Perempuan dipandang sebagai sosok manusia yang lemah dan tidak mudah memberontak atas kebijakan pemilik industry, kemudian hasil pekerjaan buruh perempuan cenderung lebih baik dan rapi yang medatangkan banyak keuntungan juga untuk pemilik industry. Kritik penulis terhadap aktifis gender, bahwa upaya pembebasan terhadap kaum wanita untuk ikut andil dalam peran-peran tertentu ternyata dimanfaatkan oleh kaum kapitalis untuk mendapatkan profit yang besar. Jelas kalangan perempuan tak menyadari akan hal ini. Andaikan mereka menyadarinya, mereka tak akan dapat berbuat apa-apa. Sebab, kemampuan melawan mereka memang lebih rendah dari pada kaum laki-laki. Lihat saja berapa benyak kaum perempuan yang menjadi lahan empuk kapitalis dalam dunia industri.

Ketika sudah seperti ini eksploitasi buruh perempuan sangat merajalela dan mereka tidak menyadarinya, semua itu hanya karena kesempatan lowongan kerja untuk perempuan masih sangat rendah. Disini peran pemerintah sangat dibutuhkan dimana mereka buruh perempuan sebagai penduduk Negara ini yang seharusnya dilindungi malah di ekploitasi. Solusi atau saran dari penulis Pemerintah harus menyediakan lowongan kerja yang semestinya disediakan untuk perempuan atau dibuatnya program-program wirausaha untuk para perempuan pribumi agar sikap inovatif dan kreatif bisa mereka kembangkan. Contohnya saja penulis memberikan saran ketika nanti UU No 6 Tahun 2014 tentang UU Desa ketika diimplementasikan, yang nantinya desa diberikan anggaran 1 Miliar, setiap desa diwajibkan menggunakan anggaran tersebut untuk menciptakan program-program yang pro masyarakat, misalnya dibuatnya program wirausaha desa mandiri baik itu dalam bentuk home industry atau kelompok, hal untuk mengembangakn keterampilan masyarakat khususnya kaum perempuan, dimana disana masyarakat diberikan modal untuk menciptakan sesuatu yang inovatif dan kreatif demi menghasilkan sesuatu untuk mereka sendiri. Dengan begitu ketika sudah banyak kaum perempuan yang merantau dari desa ke kota untuk menjadi buruh pabrik, dengan adanya program ini bisa diarahkan untuk kembali ke desa masing-masing, secara bersama-sama kembangkan desa sendiri. Dan mempunyai karakter dari kultur kewirausahaan ditandai dengan rasa percaya diri yang tinggi, memiliki keterampilan, produktif, berdaya saing tinggi serta mempunyai rasa kepedulian sosial yang tinggi. Maka dengan berwirausaha merupakan wahana mempertahankan jati diri ditengah dinamika perubahan zaman dan kaum perempuan dapat terbebas dari eksploitasi kapitalis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun