Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kala Pasak Lebih Besar dari Tiang

15 Januari 2015   17:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:05 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjalankan rumah tangga dengan kedua-keduanya menjadi Aparatur Sipil Negara bagi sebagian orang merupakan kondisi yang ideal. Penghasilan rutin berdua setiap bulan dipastikan masuk ke dalam rekening. Tentu saja gaji yang didapat dipandang cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Namun apakah kondisi semacam itu benar adanya? Apakah gaji itu telah benar-benar telah  cukup mengcover seluruh kebutuhan rumah tangga?

Bicara tentang kebutuhan, ternyata tidak ada batasnya. Selama manusia hidup pasti mempunyai kebutuhan. Kebutuhan yang kini dirasa terus semakin meningkat dan meningkat sampai penghasilan yang didapatpun rasanya tidak semakin mencukupi.

Di kala hanya gaji yang diterima belum ditambah dengan sertifikasi ataupun remunerasi, rasanya penghasilan yang didapat cukup untuk memenuhi kebutuhan. Pangan sehari-hari, pakaian, kesehatan, biaya sekolah, sosial kemasyarakatan, kendaraan walau cuma motor masih terjangkau. Pada saat itu rasanya kita sudah bersyukur sekali bisa memenuhi itu semua. Apa yang didapat rasanya masih cukup sampai bulan berikutnya bahkan kadang-kadang masih ada tersisa untuk tabungan.

Seiring dengan peningkatan penghasilan berupa sertifikasi dan remunerasi, dalam logika akan semakin bertambah sejahtera. Namun ternyata kebutuhan kita juga semakin meningkat. Dengan pertambahan jumlah penghasilan yang demikian, keinginan semakin bertambah. Kalkulasi sederhana kita bisa memenuhi kebutuhan ini dan itu. Butuh kendaraan yang tadinya hanya roda dua ingin punya yang beroda empat. Ingin punya investasi tanah untuk simpanan di masa depan.Ingin punya gadget yang canggih dan tidak ketinggalan dengan teman-temannya.

Tidak hanya kebutuhan yang meningkat, pola hidup pun berubah. Kalau semula kegiatan makan di luar cukup di warung tegal, warung pinggir jalan dan semacamnya. Sekarang ini kalau makan di luar rasanya ingin di rumah makan atau restoran yang menyediakan fasilitas wifi, permainan anak, menunya bermacam-macam dan tempatnya luas serta nyaman. Begitu juga dengan kegiatan rekreasi, karena sudah ada kendaraan yang cukup nyaman  membawa kita ke tempat - tempat tersebut, kegiatan berkunjung ke tempat rekreasi yang semula bisa dikatakan setahun paling hanya 2 kali sekarang bisa hampir setiap bulan ada rekreasi mengunjungi tempat-tempat yang ingin kita kunjungi.

Tentu saja pertambahan kebutuhan dan berbagai macam keinginan tersebut nyaris menguras semua yang masuk dalam rekening bahkan minus adanya. Sampai akhirnya kami menyadari bahwa ada yang salah dengan apa yang dilakukan selama ini. Peningkatan penghasilan tidak membuat semakin sejahtera, namun malah semakin menyisakan hutang .


Kalkulasi keuangan kita tata kembali. Penambahan penghasilan rasanya tidak akan mungkin kalau hanya mengandalkan gaji yang ada. Berhubung kami bukan seorang enterprenuer, bukan wira usahawan, jalan yang dapat ditempuh  dengan menata kembali pengeluaran yang ada. Hal-hal yang sekiranya berupa kebutuhan kemewahan versi kami, tidak akan lagi dilakukan. Dicoret dari agenda kegiatan sehari-hari. Hidup sederhana yang selama ini biasa kita lakukan sudah saatnya dilestarikan, dihayati dan diamalkan kembali.

Hidup sederhana adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan demi menerbitkan dan mendatangkan kesejahteraan. Kesejahteraan akan memunculkan kebahagiaan, merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak mengada-ada. Dengan jalan ini semoga dijauhkan dari keinginan korupsi, dihindarkan dari korupsi dan tidak terlibat dalam korupsi.

Menjadi aparatur sipil negara yang taat peraturan, bekerja dengan ikhlas dan tidak pernah lagi pasak lebih besar dari tiang.

activate javascript

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun