Mengapa Saya Menamai Karya Ini "Puspa Pesona"?
Bagi saya, "puspa" berarti bunga, memiliki simbol keindahan, kelembutan, dan pertumbuhan. Sedangkan "pesona" adalah apa yang terpancar dari dalam, sesuatu yang tidak selalu kasat mata, tapi bisa dirasakan. Warna salem yang saya pilih menggambarkan puspa itu sendiri: lembut, tidak mencolok, namun menarik perhatian. Sementara motif Mega Mendung membawa nuansa pesona yang meneduhkan, seperti awan yang membawa harapan hujan setelah kemarau.
Menjaga Batik, Menjaga Budaya
Setelah merasakan langsung membuat batik, saya makin sadar bahwa batik adalah warisan yang tidak boleh hanya dikenang tapi juga dijalani. Saya membayangkan para pembatik di berbagai daerah di Indonesia yang setiap hari mencurahkan waktu dan tenaga untuk membuat satu helai kain. Mereka bukan hanya pengrajin, tapi juga penjaga cerita, pewaris filosofi.
Kita seringkali hanya melihat hasil akhirnya: kain yang sudah jadi, dijual di toko, atau dipakai di acara penting. Tapi di balik itu semua ada proses panjang yang penuh ketekunan. Dan di balik setiap motif ada makna yang tidak kalah mendalam.
Lewat karya Puspa Pesona, saya ingin mengajak siapa pun yang membaca ini untuk melihat batik dengan cara berbeda. Jangan hanya pakai. Cobalah untuk tahu siapa yang membuatnya. Kenali motifnya. Tanyakan warnanya. Karena semakin kita tahu, semakin kita bisa menghargai.
Pengalaman membuat batik ini adalah salah satu proses kreatif yang sangat bermakna dalam hidup saya. Ia mengajarkan saya untuk sabar, untuk teliti, dan untuk menghargai detail. Tapi lebih dari itu, ia mengingatkan saya bahwa di tengah dunia yang serba cepat, ada nilai besar dalam menciptakan sesuatu dengan perlahan seperti batik.
Batik bukan sekadar tradisi. Ia adalah jati diri. Dan setiap kali kita menciptakannya, mengenakannya, atau bahkan sekadar membicarakannya, kita ikut menjaga agar warisan ini terus hidup di tengah zaman yang terus berubah.
Saya percaya, setiap orang bisa punya Puspa Pesona-nya masing-masing. Entah dalam bentuk karya, cerita, atau pengalaman yang lahir dari tangan dan hati mereka sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI