"Ayah pergi bekerja, Ibu memasak di dapur" Â atau "Ayah membaca koran, Ibu mencuci baju" atau juga anggapan yang seperti ini, "Laki-laki lebih cocok untuk menjadi pemimpin sebab dapat berpkir logis dan rasional. Sedangkan perempuan tidak cocok sebab lebih mendahulukan emosi daripada logika"Â
Dengan adanya pemikiran seperti ini, secara tak langsung tentu saja menyudutkan sosok perempuan dan menganggap laki-laki lebih berhak untuk mendapatkan posisi-posisi tertentu di masyarakat.Â
Representasi pembagian jenis kelamin dan peran gender ini secara tak sadar pelan-pelan tertanam dalam pemikiran anak sejak ia berusia dini hingga beranjak dewasa.Â
Billah Nurlaili Zulmi dan Refti Handini Listyani membahas mengenai pembagian gender yang kaku ini dalam jurnal paradigma terkait bagaimana bisa gender dapat tersisip di buku pelajaran sekolah. Pemahaman bahwa ada pembagian gender yang kaku ini kemudian dalam taraf ekstrem dapat melahirkan seksisme.Â
Aku pernah menonton salah satu video dari Najwa Shihab mengenai tanggapannya akan hal ini, dan ada sebuah kata-kata dari Mbak Nana yang aku highlight, yaitu,
"Kodrat perempuan itu cuma dua, yaitu menstruasi dan melahirkan, di mana keduanya tidak bisa dilakukan dan terjadi pada laki-laki. Jadi, kalau diluar hal itu seperti memasak, mencuci baju, apalagi bekerja sudah tentu juga boleh dan perlu untuk dilakukan oleh laki-laki. Jadi, tidak ada yang namanya memasak dan mencuci baju itu kodrat perempuan."
Dari sini tentu saja seharusnya bisa membuka mata dan pemikiran masyarakat mengenai bagaimana seharusnya memandang bagaimana seksisme tidak ada manfaatnya untuk terus-terusan diterapkan di masyarakat.Â
Bukan lantas menuntut untu menjadi setara, setidaknya perempuan juga perlu untuk diperlakukan seperti manusia oleh masyarakat. Aku tentu saja tidak ingin ada pola pikir orang tua yang sama seperti orang tua dari temanku yang dari dia aku memiliki pemikiran untuk membahas hal ini sekarang.Â
Aku harap, kalau kamu adalah perempuan yang sudah terlanjur menjadi korban seksisme masyarakat, aku tau kamu itu kuat. Jadi, berhentilah menyalahkan keadaan dan mempertanyakan posisimu.Â
Sekali lagi, seksisme ini tidak hanya terjadi pada perempuan kok, bisa juga terjadi pada laki-laki. Namun, pada tulisan ini aku memang lebih condong membahasnya dari kacamata perempuan karena berdasar pada apa yang tengah terjadi pada temanku tadi. Terima kasih sudah mampir membaca, semoga tulisan ini bermanfaat. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI