Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menumbuhkan Kesadaran Self Management pada Anak Usia Dini Melalui Berkisah

14 April 2019   22:20 Diperbarui: 14 April 2019   22:49 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini aku akan kembali bercerita mengenai pengalaman unik yang pernah aku alami yang tentu berkaitan dengan dunia anak. Ketika aku mendengar kata Self Management, yang pertama muncul di benakku adalah kata manajemen yang berarti mengatur dan kata self sendiri bermakna diri sendiri. Dan tanpa melihat teori kuciptakan pengerti dari kata Self Management secara sederhana menurutku bermakna pengaturan diri. Apabila itu berkaitan dengan anak usia dini maka hal tersebut akan erat kaitannya dengan yang namanya sosial emosional yang tentu kita semua tahu bahwa ranahnya ia begitu luas.

Menumbuhkan kesadaran akan Self Management menurutku adalah hal yang gampang-gampang susah. Karena kita ketahui bersama bahwa anak usia dini sendiri memiliki kondisi sosial emosional yang begitu tidak bisa tertebak. Ada kalanya ia begitu bahagia dan menggemaskan dan tentu ketika ia berada pada kondisi sosial emosional yang buruk maka akan begitu menjengkelkan bagi kita. Ketika hal ini terjadi tentu dibutuhkan peran dari orang lain untuk kemudian mengatur diri anak kembali ke kondisi diri yang menyenangkan. Anak usia dini juga kadang susah sekali untuk diatur karena ia memiliki sikap egosentrisme yang tinggi pula sehimgga kita harus berpikir lagi-lagi hanya untuk mengarahkannya agar mengikuti apa yang kita mau. Nah, pengalaman yang aku miliki adalah cara melatih Self Management anak adalah melalui berkisah.

Pengalaman ini aku temui ketika aku pernah menginap di rumah salah satu emanku di daerah Mojokerto. Temanku bernama Mbak Vida, dia seorang mahasiswa semester akhir di sebuah perguruan tinggi swasta di daerah Mojokerto. Sembari menjalani kegiatan rutinnya yaitu kuliah, Ia juga bekerja di sebuah daycare dimana ia bertanggung jawab atas seorang anak usia dini bernama ayumi. Ayumi berumur 5 Tahun. Ayumi dititipkan di daycare oleh neneknya ketika neneknya sedang bekerja. Ia adalah anak brokenhome dimana kedua orang tuanya sama-sama menghilang dan berkeputusan untuk menitipkan kepada sang nenek. Sejak berusia 5 bulan Ayumi sudah tinggal bersama sang nenek tapi ia tidak mendapatkan pembelajaran mengenai sesuatu secara teoritis maupun praktik karena nenek Ayumi juga mengajar di sebuah SMK Negeri di daerah Mojokerto. Cerita ini aku dengar langsung dari Mbak Vida yang telah mengasuh Ayumi sejak ia berumur 3 Tahun. Jadi sudah terhitung sekitar 2 tahun ayumi diasuh olehnya. Tapi ada yang perlu ditekankan, Ayumi hanya dititipkan ketika sang nenek pergi mengajar yaitu dari pukul 6 pagi sampai pukul 5 sore. Ayumi tetap tinggal bersama dengan neneknya di rumah mereka ketika malam.

Pertama kali bertemu dengan Ayumi, Mbak Vida kaget karena Ayumi sama sekali anak yang tidak mau mendengar perkataan orang lain, sangat rewel dan ketika menginginkan sesuatu harus dituruti. Mbak Vida berpikir keras untuk kemudian sedikit memperbaiki hal yang kurang baik yang dilakukan oleh Ayumi. Hingga akhirnya ia menemukan cara yang paling tepat dalam mengatur Self Management Ayumi. Iya, seperti apa yang telah aku ceritakan diawal, melalui berkisah. Jadi maksudnya, ketika misalkan Ayumi tidak mau makan. Mbak Vida akan menyuguhkan sebuah kisah  berisikan nasehat cerita yang selaras dilengkapi dengan ekspresi yang begitu menarik. Ia berusaha keras untuk menarik perhatian dari Ayumi sampai akhirnya Ayumi akan luluh setelah mendengar kisah dari Mbak Vida. Ayumi bahkan mengukuti pesan baik yang dikisahkan oleh Mbak Vida seperti berdoa sebelum dan sesudah makan meski dengan pelafalan yang masih terpatah-patah dan mengucapkan terima kasih kepada Mbak Vida yang telah menyiapkan makanan untuknya. Berkisah disini hampir sama dengan berdongeng, hanya saja mbak Vida lebih menyukai kata Berkisah daripada berdongeng. Karena berkisah memiliki makna yang lebih nyata dan dongeng dianggapnya sebagai sesuatu yang fiksi dan tidak nyata.

Awalnya aku hanya menganggap hal itu sebagai cara yang biasa saja. Sampai akhirnya aku mengalami sendiri bahwa berkisah ternyata memang bisa menjadi salah satu metode dalam melatih self management anak usia dini. Kala itu aku mengikuti salah satu kegiatan Volunteer di sebuah Panti Asuhan. Saat itu aku diminta untuk mengajak bermain anak-anak disana namun ternyata aku sama sekali tak di dengarkan. Berulang-kali aku mencoba untuk menarik perhatian mereka namun yang kurasa malah lelah sendiri. Sampai akhirnya aku terpikir untuk menggunakan metode berkisah . aku mengumpulkan anak-anak tersebut membentuk sebuah lingkaran kecil di Musholla Panti lalu aku mulai berkisah mengenai anak-anak yang kehilangan orang tua namun begitu bersemangat menjalani kehidupan lalu akuselingi pula dengan kisah-kisah nabi dan Rasul yang sesuai. Aku coba membawakan kisah tersebut dengan sebaik dan semenarik mungkin sesekali aku melihat respon anak-anak yang ada disana. Mereka begitu antusias mendengarkan sesekali mereka juga bertanya mengenai apa yang aku ceritakan. Aku puas akan apa yang telah aku lakukan saat itu.

Pada sore esok harinya, aku mendapatkan jadwal untuk mengajak mereka bermain kembali. Ketika pada hari sebelumnya aku yang mengajak mereka bermain, sore itu berbeda. Ada seorang anak berusia 7 tahun bernama Azro. Salah satu anak panti disana, ia malah yang mengajakku untuk segera ke lapangan karena teman-temannya yang lain telah menunggu. Aku kaget bercampur senang. Di perjalanan menuju lapangan, aku mencoba bertanya kepada Azro kenapa hari ini bersemangat untuk bermain dan Azro menjawab bahwa seperti apa yang aku ceritakan kemarin bahwa membuat orang lain bersedih dan kita bertingkah laku tidak baik itu merupakan perbuatan yang tidak baik dan Allah tidak suka kepada anak-anak yang bertingkah laku tidak baik. Mereka juga berjanji untuk tidak nakal lagi karena takut tidak disukai Nabi dan Rasul nanti ketika di akhirat. Dari situ aku pun percaya bahwa berkisah merupakan hal yang dapat digunakan untuk  melatih self management anak usia dini. Selamat mencoba Bunda !

Kali ini aku akan kembali bercerita mengenai pengalaman unik yang pernah aku alami yang tentu berkaitan dengan dunia anak. Ketika aku mendengar kata Self Management, yang pertama muncul di benakku adalah kata manajemen yang berarti mengatur dan kata self sendiri bermakna diri sendiri. Dan tanpa melihat teori kuciptakan pengerti dari kata Self Management secara sederhana menurutku bermakna pengaturan diri. Apabila itu berkaitan dengan anak usia dini maka hal tersebut akan erat kaitannya dengan yang namanya sosial emosional yang tentu kita semua tahu bahwa ranahnya ia begitu luas.

Melatih Self Management menurutku adalah hal yang gampang-gampang susah. Karena kita ketahui bersama bahwa anak usia dini sendiri memiliki kondisi sosial emosional yang begitu tidak bisa tertebak. Ada kalanya ia begitu bahagia dan menggemaskan dan tentu ketika ia berada pada kondisi sosial emosional yang buruk maka akan begitu menjengkelkan bagi kita. Ketika hal ini terjadi tentu dibutuhkan peran dari orang lain untuk kemudian mengatur diri anak kembali ke kondisi diri yang menyenangkan. Anak usia dini juga kadang susah sekali untuk diatur karena ia memiliki sikap egosentrisme yang tinggi pula sehimgga kita harus berpikir lagi-lagi hanya untuk mengarahkannya agar mengikuti apa yang kita mau.

Nah, pengalaman yang aku miliki adalah cara melatih Self Management anak adalah melalui berkisah.
Pengalaman ini aku temui ketika aku pernah menginap di rumah salah satu emanku di daerah Mojokerto. Temanku bernama Mbak Vida, dia seorang mahasiswa semester akhir di sebuah perguruan tinggi swasta di daerah Mojokerto. Sembari menjalani kegiatan rutinnya yaitu kuliah, Ia juga bekerja di sebuah daycare dimana ia bertanggung jawab atas seorang anak usia dini bernama ayumi. Ayumi berumur 5 Tahun. Ayumi dititipkan di daycare oleh neneknya ketika neneknya sedang bekerja. Ia adalah anak brokenhome dimana kedua orang tuanya sama-sama menghilang dan berkeputusan untuk menitipkan kepada sang nenek. Sejak berusia 5 bulan Ayumi sudah tinggal bersama sang nenek tapi ia tidak mendapatkan pembelajaran mengenai sesuatu secara teoritis maupun praktik karena nenek Ayumi juga mengajar di sebuah SMK Negeri di daerah Mojokerto.

Cerita ini aku dengar langsung dari Mbak Vida yang telah mengasuh Ayumi sejak ia berumur 3 Tahun. Jadi sudah terhitung sekitar 2 tahun ayumi diasuh olehnya. Tapi ada yang perlu ditekankan, Ayumi hanya dititipkan ketika sang nenek pergi mengajar yaitu dari pukul 6 pagi sampai pukul 5 sore. Ayumi tetap tinggal bersama dengan neneknya di rumah mereka ketika malam.

Pertama kali bertemu dengan Ayumi, Mbak Vida kaget karena Ayumi sama sekali anak yang tidak mau mendengar perkataan orang lain, sangat rewel dan ketika menginginkan sesuatu harus dituruti. Mbak Vida berpikir keras untuk kemudian sedikit memperbaiki hal yang kurang baik yang dilakukan oleh Ayumi. Hingga akhirnya ia menemukan cara yang paling tepat dalam mengatur Self Management Ayumi. Iya, seperti apa yang telah aku ceritakan diawal, melalui berkisah. Jadi maksudnya, ketika misalkan Ayumi tidak mau makan. Mbak Vida akan menyuguhkan sebuah kisah  berisikan nasehat cerita yang selaras dilengkapi dengan ekspresi yang begitu menarik. Ia berusaha keras untuk menarik perhatian dari Ayumi sampai akhirnya Ayumi akan luluh setelah mendengar kisah dari Mbak Vida. Ayumi bahkan mengukuti pesan baik yang dikisahkan oleh Mbak Vida seperti berdoa sebelum dan sesudah makan meski dengan pelafalan yang masih terpatah-patah dan mengucapkan terima kasih kepada Mbak Vida yang telah menyiapkan makanan untuknya. Berkisah disini hampir sama dengan berdongeng, hanya saja mbak Vida lebih menyukai kata Berkisah daripada berdongeng. Karena berkisah memiliki makna yang lebih nyata dan dongeng dianggapnya sebagai sesuatu yang fiksi dan tidak nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun