Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Empat Mata dengan Abu Bakar Al Baghdadi

3 Juli 2016   15:41 Diperbarui: 3 Juli 2016   16:00 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Foto: republika.co.id "][/caption]Sebenarnya saya kurang hepi saat pemimpin redaksi di koran harian tempat saya bekerja menugaskan saya untuk mewawancarai Abu Bakar Al Baghdadi. Ya, siapa yang tidak kenal pria berjenggot lebat dengan postur tubuh tinggi besar itu.

Beliau adalah pemimpin organisasi ISIS yang terkenal sangat radikal. Bahkan, dari selentingan yang saya dengar dari orang-orang pesantren, Abu Bakar Al Baghdadi dan anak buahnya sering meledakkan makam nabi dan para ulama di Timur Tengah.

Saya sendiri bukanlah jurnalis yang kebal senjata tajam, apalagi senjata api. Wong sama istri sendiri saja masih takut. Bagaimana mau bertatap wajah dengan teroris paling sadis di muka bumi. Tapi, mau bagaimana lagi. Kalau saya tidak mematuhi perintah atasan, saya terancam dipecat.

Wah, tentu saya tidak mau hal itu menimpa saya. Apalagi kondisi perekonomian sekarang seperti berada di titik nadir, semuanya serba sulit. Harga kebutuhan pokok semakin tak terjangkau, sementara gaji jurnalis tak pernah mendapat perhatian dari para pemimpin perusahaan media.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya putuskan untuk mematuhi perintah pemimpin redaksi saya. Biarlah, urusan nyawa, itu sudah ditentukan oleh Tuhan yang maha segala-galanya. Saya pasrah saja. Dan akhirnya saya memutuskan untuk menemui Abu Bakar Al Baghdadi di sebuah tempat yang tidak akan pernah saya sebutkan disini.

“Mohon maaf Syaikh Abu. Saya sungguh-sungguh tidak bermaksud untuk melawan antum. Saya datang kesini hanya karena ditugaskan oleh pemimpin redaksi saya. Kalau tidak patuh, saya akan dipecat dari pekerjaan ini. Dan kalau sudah dipecat, saya tentu sulit untuk mencari pekerjaan,” dengan sangat hati-hati saya mencoba menjelaskan latar belakang pertemuan itu.

Abu Bakar Al Baghdadi yang menggunakan jubah hitam manggut-manggut. Sementara saya masih tertunduk seperti seorang murid yang sedang dihukum oleh gurunya karena sering mendapat nilai merah.

Saya benar-benar takut. Jantung saya berdegub kencang. Apalagi saya tahu betul, kalau Syaikh Abu ini suka main tempeleng. Saya mencoba mengatur jalan nafas dan berupaya rileks agar berbagai pertanyaan yang saya ajukan bisa diterima nalar beliau.

Wawancara saya dengan pemimpin nomor satu ISIS itu hanya ditemani secangkir kopi hitam dansanggar tiwadak. Tapi beliau sempat protes karena tidak mengaku menyukai kopi. Karena kata beliau, Nabi Muhammad tidak pernah minum kopi. “Kopi itu bid’ah ndolalah,” katanya.

“Maaf syaikh. Tapi kan ini cuma makanan. Kalau kita solat subuh tiga raka’at, atau semua hal yang termasuk urusan pokok-pokok dalam agama itu baru ndolalah. Lha kalau cuma kopi, asal tidak berlebihan kan tidak masalah,” saya coba menjelaskan.

“Antum nggak usah ngajarin saya! Pokoknya saya tidak suka,” kata beliau, dengan nada agak tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun