Kami justru bersyukur telah mendapat tugas tambahan. Belum tentu di kemudian hari kami dapat kembali menjejakkan kaki mengunjungi saudara setanah air di wilayah pulau-pulau yang berbatasan dengan negeri Timor Leste. Kehadiran KRI SHS-990 disambut antusias masyarakat karena memberi pelayanan spesialistik. KRI SHS-990 memberi akses kepada masyarakat akibat keterbatasan distribusi tenaga kesehatan di wilayah tersebut.
Di wilayah yang tergolong 3-T, bukan hanya terdapat problem pelayanan kesehatan dasar/primer, di ibukota kabupaten pun juga mengalami kekurangan dokter spesialis untuk mengawaki rumah sakit. Â Â Apalagi Mahkamah Agung telah membatalkan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2017 tentang Wajib Kerja Dokter Spesialis. Â Untuk menarik minat para dokter spesialis, Pemprov Bangka Belitung memilih cara mengikat para dokter agar pasca-pendidikan spesialis mereka kembali bertugas di Babel dengan pemberian status tugas belajar.
Regulasi memang membuka peluang untuk model tugas belajar tersebut, namun bagaimana dengan daerah yang tidak memiliki kemampuan finansial karena memprioritaskan kepentingan kesejahteraan yang lain dan menyerahkan persoalan tersebut kepada pemerintah pusat. Maka terlepas dari kemampuan Pemda dan kewenangan Pemerintah Pusat, persoalan pengadaan nakes dokter spesialis juga dipengaruhi faktor internal individu untuk ikhlas dan rela memilih bertugas di kawasan 3T.
Pemerintah terus berupaya mengatasi masalah pemerataan pelayanan kesehatan. Jumlah Rumah Sakit memang terus bertambah, tapi sebagian besar di pulau dan kota dengan populasi besar. Tak ubahnya industri jasa yang lain, rumah sakit swasta pun didirikan di wilayah yang memiliki pasar yang lebih menguntungkan. Barangkali ini pula yang membuat diantara para tenaga kesehatan ada yang enggan berangkat ke wilayah 3T.
Suatu situasi yang berbeda dengan pemandangan ketika kapal motor terakhir yang membawa para pasien kembali ke pulau-pulau di perbatasan menjauh dari rampa buritan KRI SHS-990. Para nakes pengantar pasien, disertai Babinsa, personel Pos TNI AL dan guru riang melambaikan tangan. Selain tujuan berobat, para pasien dan pengantarnya dapat mengenal kapal perang yang dibeli dengan uang rakyat. Selanjutnya mereka akan kembali kepada rutinitas dan sepinya perbatasan.
Sejenak mereka serasa terlepas dari beban pelayanan kesehatan, meskipun esok hari mereka akan menghadapi problem yang sama selama SDM dan fasilitas kesehatan belum memadai. Sebuah beban yang wajib mereka tanggung dengan profesional dan ikhlas. Keikhlasan yang membuat mereka bertahan bertugas di pulau-pulau perbatasan negara.
Risiko keselamatan jiwaÂ
Pertemuan dengan para abdi negara yang melayani masyarakat di kawasan 3-T menyadarkan bahwa masih banyak yang lebih susah dibanding kesulitan hidup yang saya alami. Â Lengking peluit penghormatan membahana saat KRI SHS-990 meninggalkan dermaga Jayapura setelah bertugas mensukseskan PON XX 2021 Papua. Aba-aba penghormatan itu serasa menyadarkan ABK dan personel medis bahwa tugas lain terus menunggu.
KRI SHS-990 meninggalkan Papua yang akan terus menggeliat melanjutkan pembangunan. Membawa catatan tentang mereka yang gugur saat melaksanakan kewajiban sebagai prajurit. Faktor keamanan merupakan hambatan menonjol, oleh karena itu kehadiran TNI adalah untuk menjamin keberlanjutan pembangunan Papua.Â
Pembangunan yang akan membuka isolasi daerah karena kondisi pegunungan yang selama ini hanya bisa dicapai dengan transportasi udara, meningkatkan kegiatan ekonomi dan mengurangi disparitas harga barang konsumsi dan produksi. Pembangunan yang meningkatkan akses masyarakat mendapat pelayanan kesehatan dan mobilitas aparat pemerintah melayani masyarakat. Semua bentuk pendekatan kesejahteraan ini tentu saja tetap akan dikawal dengan pendekatan keamanan yang proporsional.