Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kiai Gringsing dan KRI Ahmad Yani-351

12 September 2021   00:11 Diperbarui: 12 September 2021   00:21 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KRI Ahmad Yani-351, sumber : koarmada2.tnial.mil.id 

Ketika Mataram resmi berdiri, Sutowijaya menjadi raja dan bergelar Panembahan Senapati. Kerajaan Mataram baru pun tak lepas dari berbagai rongrongan dan Kiai Gringsing masih mendapat tugas untuk mengakhiri pemberontakan padepokan yang berafiliasi ke penguasa Madiun. Meskipun demikian Kiai Gringsing pun menyampaikan keterbatasannya : "Apapun yang Panembahan tugaskan, akan hamba lakukan," berkata Kiai Gringsing, "Namun sebenarnyalah hamba memang sudah tua, semakin tua. Tidak ada orang yang mampu melawan merayapnya umur. karena itu, mungkin yang dapat hamba lakukan kemarin, besok sudah tidak dapat lagi hamba kerjakan." (Api di Bukit Menoreh, seri II jilid 193).

Kiai Gringsing lalu perlahan menarik diri, sampai akhirnya meninggal dengan pesan kepada muridnya bahwa dia tidak ingin tempat peristirahatannya terakhir diketahui orang lain.

Kiprah Kiai Gringsing dilanjutkan Agung Sedayu, murid tertua perguruan Orang Bercambuk. Selain mewarisi ilmu gurunya, Agung Sedayu mendapat tambahan ilmu dari dari ayahnya sendiri Ki Sadewa, hasil belajar dari kitab lontar Ki Waskita dan hasil pengembaraan bersama Raden Sutowijaya. Ibarat kapal perang, modal sistem sensor, weapon and command (sewaco) Agung Sedayu lebih unggul dibanding Kiai Gringsing.

Agung Sedayu kebal bukan hanya terhadap pukulan, senjata dan tenaga dalam, namun juga racun. Dia dapat menghancurkan dinding batu padas dengan pukulan cambuk dan sorot matanya. Agung sedayu pun memiliki kemampuan penginderaan melalui aji sapta pangrungu agar dapat mendengar suara dari sumber yang jauh dan tertutup, aji sapta pandulu untuk meningkatkan ketajaman penglihatan dalam kegelapan dan aji sapta panggraito ketika daya indera yang lain telah gagal mendeteksi.      

Seperti halnya Kiai Gringsing diganti penerusnya Agung Sedayu, demikian pula sudah saatnya KRI AMY-351 sebagai alutsista TNI diganti dengan fregat generasi baru. Fregat untuk meningkatkan kekuatan pemukul Armada RI berupa 2 kapal baru kelas RE Martadinata-331 generasi SIGMA  10514.  yang merupakan light fregat (berat 2,365 ton) tentu belum memadai. Hal tersebut dilakukan untuk mengejar pemenuhan Minimum Essential Force (MEF) tahap ketiga (2020-2024), juga untuk gelar kekuatan baru setelah Koarmada III berdiri di Sorong dan menghadapi perkembangan lilngkungan strategis serta tuntutan perlunya efek penggentar.

Memilih fregat pengganti KRI kelas Ahmad Yani

Selama memperkuat TNI AL, KRI AMY-351 dan 5 fregat lainnya sejenis sudah mengalami retrofit. Pada kurun  2003 - 2008, mesin turbin uap seluruh fregat kelas AMY telah diganti dengan penggerak diesel. Frigat kelas AMY telah mengalami modernisasi pada Combat Management System, radar dan senjata. Karena adanya embargo, maka peluncur rudal Harpoon telah diganti dan pada tahun 2010 PT PAL  telah memasang rudal Yakhont buatan Rusia di KRI Oswald Siahaan (OWA)-354.

Pada latgab TNI 2013, KRI Abdul Halim Perdanakusuma (AHP)-355  berhasil menembakkan rudal C-802 buatan China. Semua itu dilakukan agar frigat kelas AMY 351 memenuhi kaidah kapal perang yang mampu mengapung, berlayar dan bertempur serta efisien beaya pemeliharaan dan operasional.  

Penggantian fregat kelas Ahmad Yani direncanakan bertahap antara 2017-2022, namun baru satu yang terlaksana yaitu KRI Slamet Riyadi (SRI)-352 pada tahun 2019. Sebagai pembanding Australia dan India memproduksi tipe HMS Leander yang sejenis dengan KRI AMY 351 dengan lisensi Inggris, namun  Australia telah menghentikan operasional kapal perang tersebut pada tahun 1998, Selandia Baru pada tahun 2005 dan India pada tahun 2013. Sedang Indonesia yang membeli kapal bekas pakai, justru masih menggunakannya sampai sekarang.  

Tentu saja 5 kapal berikutnya tidak mungkin dipensiunkan pada saat bersamaan karena akan terjadi kesenjangan tingkat operasional. Sementara itu hingga kini pengganti fregat kelas AMY belum juga diputuskan pemerintah.  Mencermati skema pengadaan kapal sebelumnya yang memerlukan waktu beberapa tahun dengan mekanisme Transfer of Technology (ToT), maka bila pemilihan kapal pengganti mundur sampai sampai lebih dari tahun 2022, ini akan membuat usia pakai KRI AMY dkk  bertambah dan meningkat pula resiko keselamatan.  

Sementara itu telah berkembang beberapa wacana frigat kandidat pengganti KRI kelas AMY, diantaranya adalah frigat kelas Iver Huitfeldt buatan Denmark, fregat kelas Mogami buatan Jepang dan fregat kelas FREMM produksi Italia. Terlepas dari kandidat fregat mana yang dipilih tentu saja kita harus taat kepada UU No. 16/2012 yang memberi amanat kepada BUMN industri pertahanan agar menjadi lead integrator pembangunan alutsista matra laut. Hal ini akan mendorong tumbuhkembangnya kemandirian industri pertahanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun