Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Antara Dili, Dolly, dan Kamp Madiba Beni dalam Belitan Transmisi IMS-HIV (1)

8 Juli 2019   00:05 Diperbarui: 8 Juli 2019   09:50 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Risma ikut melukis di dinding bekas wisma lokalisasi Dolly (KOMPAS.com/Achmad Faizal)

Tentu saja tulisan ini tidak bermaksud menggugat agar kebijakan pemerintah menutup lokalisasi prostitusi agar ditinjau kembali. Namun justru untuk mengingatkan pemerintah bahwa masih banyak kebijakan lain yang harus dilaksanakan untuk mengatasi dampak penutupan lokalisasi serta meminimalkan dorongan untuk menjadi WPS. 

Seberapa jauh gelontoran dana desa telah meningkatkan produktifitas suatu wilayah, menurunkan tingkat urbanisasi dan memberdayakan wanita dalam kegiatan ekonomi?

Seberapa banyak hasil pantauan terhadap WPS yang telah beralih pekerjaan dan terserap dalam program upaya meningkatkan lapangan pekerjaan. Apakah seluruh daerah berhasil seperti Surabaya?

Apakah sudah ada konektifitas administrasi kesehatan antar Dinas Kesehatan Kota untuk mendukung kemudahan mendapatkan obat ARV bagi mantan WPS berstatus ODHIV setelah mereka pindah domisili?

Terlepas dari apakah semua pertanyaan tersebut di atas terbukti terjawab  dan berhasil  sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan pengentasan WPS, ternyata jumlah kasus HIV yang dilaporkan sejak tahun 2005 sampai dengan 2017 mengalami kenaikan setiap tahun. Pada saat lokalisasi prostitusi ditutup pada tahun 2014, jumlah kumulatif kasus HIV adalah 150.296, sedang sampai akhir tahun 2017 tercatat 280.623 kasus <4>.

Dari seluruh jumlah kasus HIV, penyumbang angka yang relatif besar adalah ibu rumah tangga. Mudah diduga siapa saja yang terlibat dalam rantai transmisi HIV . Jadi kita tidak cukup hanya berpuas diri atas keberhasilan  Kemensos RI memberantas lokalisasi prostitusi sebagai sarang penyakit masyarakat. Di sisi lain, merupakan realita bahwa tugas Kemenkes RI dalam menanggulangi penyakit HIV/AIDS semakin berat.

Terus meningkatnya jumlah kumulatif  kasus HIV juga merupakan beban bagi upaya pembinaan kesehatan preventif TNI. Mobilitas penugasan prajurit setiap saat ke seluruh penjuru tanah air dan berbagai misi operasi di luar negeri serta waktu penugasan yang relatif lama harus meninggalkan keluarga, menyebabkan mereka termasuk dalam kelompok high risks man dalam hal perilaku seksual beresiko terhadap IMS-HIV. 

Hal ini akan penulis bahas dalam tulisan berikutnya (bersambung).

Bendungan Hilir, 050719.

Referensi :  

1. Dika Dania Kardi. Tutup Ratusan Prostitusi, Target Mensos 2019 Bebas Lokalisasi, 25 Me1 2018.
2. Kukuh Bhimo Nugroho.  Gang Dolly Kini dan Prostitusi yang Tersembunyi, 27 September 2016.
3. Pusat Penelitian HIV/AIDS Unika Atma Jaya. https://arc-atmajaya.org/catata-penelitian-dampak-penutupan-lokalisasi/, 29 Juni 2016.
4. Ditjen P2P Kemkes RI."Laporan perkembangan HIV-AIDS dan IMS Tahun 2017", 23 Maret 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun