Mohon tunggu...
Dokter Andri Psikiater
Dokter Andri Psikiater Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik Medis. Lulus Dokter&Psikiater dari FKUI. Mendapatkan pelatihan di bidang Psikosomatik dan Biopsikososial dari American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine sejak tahun 2010. Anggota dari American Psychosomatic Society dan satu-satunya psikiater Indonesia yang mendapatkan pengakuan Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine dari Academy of Psychosomatic Medicine di USA. Dosen di FK UKRIDA dan praktek di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang (Telp.021-29779999) . Twitter : @mbahndi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Obati Gangguan Cemas Kok Pakai Antidepresan?

15 Agustus 2016   05:42 Diperbarui: 15 Agustus 2016   12:55 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - antidepresan. (Shutterstock)

Pada saat praktik, saya sering mendapatkan pertanyaan pasien ketika menjelaskan tentang obat yang saya berikan untuk mengatasi masalah gangguan cemas mereka. Salah satu yang paling sering ditanyakan, "Mengapa saya diberikan obat antidepresan, padahal saya tidak depresi?" Ada juga yang bertanya, "Kan saya cemas mengapa diberikan obat antidepresan bukan anticemas saja?"

Pengobatan gangguan cemas tentunya merujuk pada standar pengobatan yang terbaru saat ini. Antidepresan golongan Serotonin seperti Sertraline, Escitalopram, Fluoxetine, Venlafaxine, Duloxetine adalah obat antidepresan yang disarankan sebagai terapi lini pertama pada pengobatan gangguan cemas. Dalam bidang kedokteran yang berbasis bukti (Evidence Based Medicine/EBM) antidepresan untuk mengatasi gangguan cemas direkomendasikan dan terbukti efektif mengatasi gangguan kecemasan. Istilahnya adalah Level Evidence-nya level A1 (terbukti secara ilmiah dan direkemondasikan sebagai obat yang pertama diberikan pada praktik sehari-hari). 

Sedangkan anticemas seperti golongan Clonazepam, Lorazepam ataupun alprazolam dimasukkan ke dalam kategori A2 dalam artian terbukti secara ilmiah mengatasi masalah kecemasan namun direkemondasikan sebagai level dua di dalam praktik, artinya jika ada antidepresan, diberikan sebagai alternatif kedua.

Pada kenyataan di praktik, psikiater sering mengombinasikan kedua jenis obat ini untuk mengatasi gangguan cemas. Misalnya pasien dengan gangguan cemas menyeluruh atau istilahnya Generalized Anxiety Disorder/GAD biasanya mendapatkan antidepresan dan anticemas. Begitu juga kasus Gangguan Panik. 

Hanya saja saat ini penggunaan obat anticemas terutama golongan benzodiazepine telah dibatasi karena memiliki potensi ketergantungan dan toleransi serta kadang menimbulkan reaksi putus obat yang berlebihan jika tidak digunakan lagi. Biasanya anticemas diberikan dalam tempo yang singkat dan diberikan dengan dosis yang makin menurun. 

Beberapa kondisi yang perlu dihindari saat menggunakan obat anticemas golongan benzodiazepine adalah pada peminum alkohol yang aktif dan pernah mengalami masalah penyalahgunaan berbagai obat golongan ini sebelumnya. Walaupun ada beberapa pasien yang memerlukan obat anticemas benzodiazepine dalam jangka waktu lama, sebaiknya hindari pemakaian berlebihan apalagi jika tanpa pendampingan dokter jiwa. 

Semoga informasi singkat ini membantu. Salam Sehat Jiwa (Facebook : Dokter Andri Psikiater)

Catatan penulis: Selanjutnya untuk beberapa hari ke depan artikel yang akan ditayangkan di blog Kompasiana saya ini adalah artikel singkat mengenai peran psikiater dan pengobatan psikiatri di praktik sehari-hari. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun