Mohon tunggu...
Prycilia Grace Nicole Suoth
Prycilia Grace Nicole Suoth Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Massa dan Digital

Penulis pemula yang mencoba peruntungannya di dunia digital. Kritik dan saran akan sangat berarti bagi saya. Selamat membaca! | e-mail: pgracens@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film

Cinta Tanpa Restu "Crazy Rich Asians" (2018) yang Sukses Buat Penonton Terharu

16 September 2020   22:54 Diperbarui: 16 September 2020   23:03 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: en.wikipedia.org

Movieholic, apakah genre film yang menjadi favorit Anda?

Mungkin Anda menyukai genre romance, atau action, atau mungkin horror?

In case Anda belum mengetahuinya, sebenarnya genre film yang ada di industri perfilman tidak sesempit yang Anda temukan saat nonton di bioskop.

Banyak genre film yang selama ini belum diketahui oleh banyak orang, salah satunya adalah genre wedding film.

Wedding film adalah sebuah sub-genre dari genre film melodrama, romance, dan film perempuan.

Genre wedding film juga memiliki beragam pendekatan dalam penyampaian cerita. Ada yang menyisipkan komedi, berisi masalah serius, bahkan mencantumkan isu politik tertentu.

Penting untuk diketahui, bahwa tidak semua film yang memiliki adegan pernikahan bisa digolongkan ke dalam film bergenre wedding. Pada dasarnya, menganalisis wedding film dapat dilakukan dengan mengidentifikasi tipe-tipe karakter, adegan inti, tema film, ikon, dan struktur naratif pada film (Coztano, 2014).

Dalam bukunya yang berjudul World Cinema through Global Scenes, Coztano juga menulis bahwa semua film pasti memiliki nilai tertentu.

Sehingga, menjadi tugas kita sebagai penonton film untuk mengidentifikasi ideologi dan budaya yang dimuat pada film.

Melalui wedding film, kita dapat menyaksikan bagaimana kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh berbagai doktrin religius, konsumerisme, patriarki, romantisme, dan system kepercayaan lainnya.

Untuk lebih memahami pemaparan di atas, mari kita ulik sebuah film fiksi adaptasi novel yang rilis di tahun 2018, Crazy Rich Asians.

Crazy Rich Asians (

Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Kevin Kwan, film Crazy Rich Asians seperti membawakan kesegaran di tengah industri perfilman Holywood.

Itu karena, film ini banyak melibatkan orang Asia dalam proses produksinya, mulai dari mereka yang menjadi pemeran film ataupun yang bekerja di balik layar.

Menceritakan kisah cinta pasangan muda yang terhalang restu orang tua, film ini sarat akan budaya orang Asia pada umumnya.
Rachel Chu adalah seorang professor ekonomi di New York University yang menjalin cinta dengan Nicholas "Nick" Young, seorang professor sejarah di universitas yang sama. Suatu hari ketika keduanya sedang makan siang bersama, Nick mengajak Rachel untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya di kampung halaman Nick, Singapura. Setibanya di Singapura, Rachel mengunjungi rumah seorang teman bernama Peik Lin.

Dalam kunjungan itu, Rachel baru mengetahui bahwa Nick sebenarnya merupakan anak seorang konglomerat terkenal di Singapura.
Pada sebuah pesta makan malam di rumah keluarga Nick, Rachel bertemu dengan keluarga Nick untuk pertama kalinya. Tampak jelas bahwa pesta tersebut dibuat dan didatangi oleh orang-orang berada. Nick pun memperkenalkan Rachel kepada neneknya, Su Yi, serta ibunya, Eleanor, yang tampak tidak terkesan dengan kehadiran Rachel.

Rasa tidak diterima itu pun kembali dirasakan Rachel saat ia menghadiri pesta lajang dari teman Nick, Araminta. Hampir seluruh tamu Araminta mengusilinya dengan alasan bahwa Nick pantas mendapatkan pasangan yang lebih baik dari Rachel. Hal itu makin membuat Rachel sadar akan perbedaan status sosial antara dirinya dan Nick.

Tekanan yang dirasakan Rachel bertambah ketika Eleanor merendahkan Rachel dengan menyebutnya "tidak akan pernah cukup" untuk menjadi pasangan Nick. Hal itu membuat Rachel berkecil hati untuk menghadiri pernikahan Araminta dan calon suaminya, Colin. Namun Rachel tetap memutuskan untuk menghadiri pernikahan itu.

Konflik pada film Crazy Rich Asians memuncak dalam adegan resepsi pernikahan Araminta dan Colin. Eleanor dan Su Yi menyudutkan Rachel dengan dokumen hasil investigasi yang didalangi olehnya. Hasil investigasi menunjukkan bahwa Rachel adalah anak dari hubungan perselingkuhan ibunya, yang kabur ke Amerika untuk menghindari suaminya yang kasar.

Eleanor dan Su Yi melarang Nick untuk melanjutkan hubungan dengan Rachel. Hal itu terjadi semata-mata karena sebagai konglomerat dan sosialita tersohor di Asia, Eleanor dan Su Yi tidak ingin Nick menikahi seorang perempuan dengan status sosial yang berada jauh di bawah mereka. Mereka berharap Nick akan mendapatkan perempuan yang berasal dari keluarga terpandang dengan status sosial yang bergengsi.

Konflik tersebut bertambah rumit dengan Nick yang melamar Rachel di tengah masalah yang ada. Setelah berpikir dengan matang, Rachel memutuskan untuk bertemu dengan Eleanor dan membicarakan masalah yang ada di antara mereka. Rachel memberitahu Eleanor bahwa ia menolak lamaran Nick, yang pada film diucapkan pemeran Rachel dengan begitu menyentuh:


"I'm not leaving because I'm scared, or because I think I'm not enough. Because maybe for the first time in my life, I know I am. I just love Nick so much. I don't want him to lose his mom again. So I just wanted you to know that one day, when he marries another lucky girl, who is enough for you, and you're playing with your grandkids while the tan huas are blooming, or the birds are chirping, that it was because of me. A poor, raised by a single mother, low class, immigrant nobody."


Penyelesaian konflik pada film ditunjukkan dengan Eleanor yang menyadari kesalahannya dan pada akhirnya memberikan restu untuk pernikahan Rachel dan Nick. Restu itu ditunjukkan dengan Nick yang melamar Rachel untuk kedua kalinya, kali ini menggunakan cincin pernikahan milik ibunya.

Film Crazy Rich Asians menunjukkan realita pada kehidupan masyarakat Asia yang hingga hari ini tetap memegang teguh nilai budayanya.


Film ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat memasang ekspektasi pada perempuan Asia untuk meninggalkan segala keinginan pribadinya dan mengutamakan keluarga.


Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Coztano pada bukunya, bahwa film bergenre wedding adalah genre film yang menunjukkan betapa kehidupan manusia dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinan tertentu, salah satunya adalah budaya.


Jadi, bagi Movieholic yang belum menonton film Crazy Rich Asians, tunggu apalagi?


Saksikan Crazy Rich Asians di layanan streaming favoritmu, lalu beritahu saya tentang pendapatmu!


Referensi:
Costanzo, W. V. (2014). World Cinema Through Global Genres. John Wiley & Sons.

Popbela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun