Hari Minggu kemarin, saya memutuskan untuk "kabur" sebentar dari hiruk pikuk mal dan kafe kekinian. Tujuannya? Pasar Loak Jatinegara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jembatan Item. Banyak yang bilang tempat ini surga bagi pemburu barang bekas, siapa tahu saya bisa menemukan harta karun tersembunyi.
Begitu turun dari KRL di Stasiun Jatinegara, saya berjalan kaki sekitar 5 menit menuju Jalan Bekasi Barat III. Dari jauh sudah kelihatan deretan lapak yang berjejer rapat di kanan-kiri jalan. Mulai dari sepatu sneakers second, jaket kulit, radio jadul, kaset, sampai buku bekas yang sampulnya sudah lusuh tapi tetap menarik untuk dibuka.
Pasar ini buka dari pukul 04.00 pagi sampai 18.00 sore, tapi katanya waktu terbaik untuk datang memang pagi hari atau saat akhir pekan. Selain lebih ramai pilihan barangnya, suasananya juga terasa lebih hidup.
Karena saya datang di hari Minggu, suasananya lumayan ramai. Pengunjung sibuk menawar, pedagang sibuk memamerkan dagangannya. Di satu sudut, ada bapak-bapak yang menjajakan barang antik seperti piringan hitam dan porselen kuno. Di sudut lain, deretan tas dan sepatu branded KW sampai original bekas pakai yang harganya bisa jatuh banget kalau pintar nawar.
Yang bikin seru, di pasar loak ini tawar-menawar itu wajib hukumnya. Kalau langsung beli dengan harga yang ditawarkan, rasanya ada yang kurang. Saya sempat menawar sebuah jaket kulit dari harga Rp250 ribu jadi Rp150 ribu. Rasanya puas banget, apalagi setelah tahu barangnya masih dalam kondisi bagus.
Tawar-menawar Mobil Tamiya Jadul
Di salah satu lapak, mata saya langsung tertuju pada mobil Tamiya jadul yang dipajang seadanya di atas tikar. Catnya memang sudah agak kusam, tapi bodinya masih mulus—dan yang bikin menarik, ini barang ori, bukan KW.
“Berapa, Pak?” saya bertanya sambil menunjuk mobil kecil itu.
“Sepuluh ribu, Mas,” jawab si penjual, singkat.
Saya tersenyum kecil. “Lima ribu, gimana?” tawar saya.