Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspadalah! Peningkatan Kasus Kanker Usus Besar pada Anak Muda

24 Agustus 2025   23:30 Diperbarui: 24 Agustus 2025   19:03 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kanker usus besar - klikdokter

Kanker kolorektal, atau yang lebih dikenal sebagai kanker usus besar, kini menjadi isu kesehatan yang mengkhawatirkan di Korea Selatan. Penyakit yang sebelumnya lebih banyak diidentifikasi sebagai 'penyakit Barat' ini, kini menunjukkan lonjakan kasus yang signifikan, terutama di kalangan usia 20-30 tahun. Fenomena ini menarik perhatian para peneliti untuk mengkaji lebih dalam penyebab di balik tren tersebut. Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh tim gabungan peneliti dari Seoul National University College of Medicine dan Chung-Ang University berhasil mengidentifikasi bahwa pola makan ala Barat menjadi pendorong utama dari peningkatan ini.

Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal internasional Cancer Causes & Control, para ahli menganalisis 82 studi kohort dari lima negara Asia, termasuk Korea Selatan, Jepang, Cina, Taiwan, dan Singapura. Analisis ini merupakan meta-analisis skala besar pertama yang fokus pada hubungan antara pola makan dan risiko kanker kolorektal di populasi Asia. Temuan mereka menunjukkan korelasi yang kuat antara kebiasaan makan modern dan peningkatan risiko penyakit ini.

Salah satu pemicu utama yang teridentifikasi adalah konsumsi daging dalam jumlah besar. Pola makan yang tinggi daging merah terbukti meningkatkan risiko kanker usus besar sebesar 18 persen. Daging olahan seperti sosis dan ham juga memberikan peningkatan risiko serupa, menegaskan pentingnya membatasi asupan produk-produk ini. Uniknya, penelitian ini juga menemukan kaitan khusus antara konsumsi daging putih, seperti ayam dan kalkun, dengan risiko kanker rektum yang 40 persen lebih tinggi, meskipun jenis daging ini umumnya tidak dikaitkan dengan kanker kolorektal.

Selain daging, alkohol juga muncul sebagai faktor risiko paling kuat. Para peneliti menemukan bahwa mengonsumsi lebih dari 30 gram alkohol per hari---setara dengan lebih dari 500 mililiter bir atau tiga gelas soju---dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal hingga 64 persen. Angka ini menyoroti peran sentral alkohol dalam perkembangan penyakit tersebut di kalangan populasi yang diteliti.

Meskipun data menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, penelitian ini juga memberikan harapan melalui pencegahan. Pola makan yang seimbang dan kaya nutrisi terbukti dapat menurunkan risiko secara signifikan. Misalnya, orang yang mengonsumsi makanan kaya kalsium, seperti susu, produk olahan susu, atau ikan kecil yang dimakan dengan tulangnya, memiliki risiko kanker kolorektal 7 persen lebih rendah. Lebih lanjut, pola makan yang berfokus pada sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak dapat menurunkan risiko kanker usus besar hingga 15 persen. Temuan ini menggarisbawahi bahwa perubahan gaya hidup, terutama dalam hal diet, dapat menjadi strategi kunci untuk mencegah kanker kolorektal.

Profesor Kang Dae-hee, salah satu pemimpin penelitian, menekankan bahwa mengurangi konsumsi alkohol dan daging olahan dapat menjadi langkah efektif dalam pencegahan penyakit ini di Asia. Meskipun studi-studi sebelumnya lebih banyak berfokus pada populasi Barat, penelitian ini menegaskan bahwa masyarakat Asia tidak kebal terhadap risiko pola makan yang sama seiring dengan globalisasi dan perubahan kebiasaan makan. Para peneliti memperingatkan bahwa jika tidak ada perubahan gaya hidup yang meluas, peningkatan pesat kanker kolorektal di kalangan anak muda Korea Selatan dapat terus berlanjut.

Penting untuk diingat bahwa kanker kolorektal seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Skrining rutin adalah cara terbaik untuk mendeteksi penyakit ini sedini mungkin. Namun, ketika penyakit memasuki tahap lanjut, beberapa gejala umum dapat muncul. Ini termasuk perubahan kebiasaan buang air besar, seperti diare atau sembelit yang tidak kunjung hilang, adanya darah dalam tinja, kram perut atau kembung, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, serta kelelahan dan kekurangan energi yang terus-menerus. Memahami gejala-gejala ini sangat penting untuk mencari bantuan medis segera.

Secara keseluruhan, peningkatan kasus kanker usus besar pada usia muda di Korea Selatan adalah cerminan dari perubahan gaya hidup yang dramatis. Dengan mengadopsi pola makan yang lebih sehat, membatasi konsumsi alkohol dan daging olahan, serta melakukan skrining rutin, masyarakat dapat mengambil langkah proaktif untuk mengurangi risiko penyakit yang serius ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun