Sederhananya, suluk di wayang itu adalah nyanyian pembuka atau pengantar adegan yang dibawakan dalang. Fungsinya mirip "musik latar" tapi dalam bentuk tembang Jawa, dan dinyanyikan langsung oleh dalang sambil mengatur gamelan.
Ciri khasnya:
-
Bahasa: biasanya Jawa Kawi atau Jawa Tengahan, penuh metafora dan simbol.
Fungsi: membangun suasana (serius, mencekam, sedih, agung, atau romantis) sebelum tokoh muncul atau adegan dimulai.
Iringan: gamelan mengikuti pola tertentu sesuai jenis suluknya, misalnya pathet nem, pathet sanga, atau pathet manyura.
Teknik: dalang mengatur nada panjang, naik-turun, kadang bergetar (cengkok), supaya dramatis.
Contohnya, kalau mau masuk adegan malam yang mencekam, dalang bisa bawain suluk dengan tempo lambat dan nada rendah, bikin penonton langsung "kerasa" suasananya.Â
Di Bawah ini saya buatkan sebuat suluk untuk Lakon "Ontran-ontran ing Tlatah Neosantara"
Liring angin wtan sinruya swara,
lir gumelaring mega ngembeng waspa sang lintang.
Sumengka panggunging ratu,
tan karem sang mantri satya praja,
kang wus pinandhita ing budi kawicaksanan,
linambaran tapa brata,
wicaksana tan kumawani anglanggar darma negara.