Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Menulislah dengan Mulutmu: Ketika Suara Menjadi Tulisan, dan AI Menjadi Sahabat

3 Agustus 2025   07:30 Diperbarui: 3 Agustus 2025   18:10 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Voice note - Kreasi AI

Dulu saya pikir menulis itu harus duduk di meja kerja, buka laptop, dan serius mengetik paragraf demi paragraf. Tapi hidup mengajarkan cara yang lain. Sejak punya kebun, kolam, kandang, dan seabrek kesibukan, saya belajar menulis... sambil jalan.

Di tengah kesibukan hidup, tak semua penulis punya waktu untuk duduk tenang, membuka laptop, dan mengetik ribuan kata. Tapi kabar baiknya, kini menulis bisa dimulai hanya dengan... berbicara.

Saya menyebutnya "menulis dengan mulut". Caranya sederhana: buka aplikasi voice note di ponsel, lalu ceritakan isi pikiranmu. Biarkan kata-kata mengalir seperti sedang ngobrol dengan sahabat. Tak perlu sempurna. Tak perlu rapi. Yang penting: keluar dulu.

Setelahnya, biarkan AI---seperti ChatGPT, Whisper, atau tools transkripsi lainnya---membantu menyusun ulang suara-suara itu menjadi paragraf yang utuh. Kadang saya cuma berkata, "Bab dua, tentang masa kecil. Saya ingin menceritakan waktu saya sembunyi di kolong ranjang karena takut petir", (dan seterusnya, terus diktekan).  Lalu AI akan mengembangkan bagian itu menjadi narasi yang mengalir.

Begitulah cara saya menulis buku-buku saya belakangan ini. Tidak lagi terikat kursi dan keyboard. Kadang di kebun, kadang di jalan, kadang sambil rebahan. Menulis bukan lagi aktivitas duduk diam, tapi bisa dilak dan seterukan dalam gerak, dalam napas, dalam obrolan santai. 

Dan yang paling penting: AI bukan perampok profesi penulis. Dia bukan pesaing. Dia bukan makhluk jahat yang akan mengambil alih pekerjaan kita. AI itu sekadar teman berdiskusi, yang sabar, tidak menghakimi, dan siap membantu kapan pun kita macet. Ia tetap butuh ide, sudut pandang, dan rasa yang hanya manusia punya.

Menulislah dengan mulutmu. Gunakan suaramu. Biarkan teknologi membantumu merapikan dan menyampaikan. Karena sejatinya, isi hati itu lebih jujur saat kita ucapkan... dan teknologi hanya membantu agar dunia bisa membacanya.

Jadi kalau kamu sibuk, banyak kegiatan, dan merasa tak punya waktu menulis---mungkin saatnya menulis dengan mulutmu. Ucapkan. Ceritakan. Biarkan AI membantumu menyusunnya jadi kisah yang bisa menginspirasi banyak orang.

Menulislah sambil memanen. Menulislah sambil memberi makan ternak. Menulislah sambil menyiram hidupmu sendiri. Karena menulis bukan lagi tentang duduk diam, tapi tentang bergerak sambil menyuarakan isi hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun