Ungkapan ini berakar dari realitas sosial: dulu (dan masih banyak sampai sekarang), suami dianggap sebagai pencari nafkah utama, sementara istri mengelola rumah tangga dan keuangan sehari-hari. Dalam posisi itu, seringkali si suami pasrahkan gaji bulanan ke istri. Maka, terbitlah mitos:
"Kalau istri pegang keuangan, berarti semua uang suami jadi milik istri."
Tapi, mengapa uang istri tidak otomatis jadi milik bersama?
Karena dalam realitas yang sama, penghasilan istri sering dianggap "tambahan" atau "bonus", bukan tanggung jawab utama. Maka, istri merasa lebih berhak atas hasil kerjanya sendiri. Ini bukan soal pelit, tapi soal struktur sosial dan ekspektasi peran yang belum imbang.
Menyelami Makna Lebih Dalam
Di balik guyonan ini, muncul pertanyaan serius:
Bagaimana pasangan suami istri sebaiknya mengelola uang bersama, agar adil, sehat, dan tetap harmonis?
Berikut ini beberapa pendekatan yang bisa dijadikan pijakan:
1. Model Tradisional: Suami Cari, Istri Kelola