Saya coba mengurai Pemecatan Shin Tae-yong, dengan 2 perpektif: 5 alasan PSSI dan % alasan saya. Pemecatan Shin Tae-yong dari kursi pelatih Timnas Indonesia pada awal Januari 2025 mengundang banyak perhatian dan perdebatan di kalangan pecinta sepak bola Tanah Air.Â
Pelatih asal Korea Selatan yang mulai menjabat sejak 2019 ini sebelumnya membawa sejumlah perubahan positif dalam skuad Garuda, tetapi akhirnya harus menerima keputusan pahit dari PSSI. Berikut ini lima alasan utama yang menjadi dasar pemecatan Shin Tae-yong, berdasarkan pernyataan dan analisis pihak federasi.
1. Kegagalan di Piala AFF 2024
Hasil kurang memuaskan di Piala AFF 2024 menjadi salah satu alasan utama. Meskipun Shin Tae-yong membawa skuad muda, harapan tinggi masyarakat Indonesia terhadap turnamen tersebut tidak terwujud. Kegagalan ini dianggap mencerminkan kurangnya efektivitas strategi yang diterapkan, meskipun ada pembelaan bahwa fokus pelatih lebih pada pengembangan jangka panjang.
2. Hubungan Internal yang Kurang Harmonis
Menjelang pertandingan melawan China pada Oktober 2024, muncul laporan tentang ketidakpuasan pemain terhadap taktik yang diterapkan oleh Shin Tae-yong. Hal ini memicu kekhawatiran PSSI terhadap suasana internal tim yang kurang kondusif. Komunikasi yang tidak berjalan baik antara pelatih dan pemain dinilai menjadi salah satu kendala besar dalam pengelolaan tim nasional.
3. Inkonsistensi Implementasi Strategi
PSSI menilai bahwa Shin Tae-yong tidak selalu mampu mengimplementasikan strategi yang sesuai dengan kesepakatan awal. Kekurangan ini dianggap menghambat perkembangan tim dalam menghadapi pertandingan-pertandingan penting, terutama untuk mencapai target besar seperti lolos ke Piala Dunia 2026.
4. Kebutuhan Akan Kepemimpinan yang Lebih Kuat
Dengan target ambisius untuk lolos ke Piala Dunia 2026, PSSI merasa bahwa tim nasional membutuhkan pelatih yang memiliki kepemimpinan lebih kuat dan mampu menanamkan mentalitas kemenangan secara konsisten. Shin Tae-yong, meskipun berhasil membawa beberapa kejutan positif sebelumnya, dinilai kurang mampu memenuhi kebutuhan ini dalam waktu yang tersisa.