Mohon tunggu...
Dewi Setyawan
Dewi Setyawan Mohon Tunggu... Administrasi - Priskila Dewi Setyawan

God is the best... menyukai alam dan travelling... suka tulis menulis... prayingandwriting.blogspot.com.. ^_^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Energi Baik yang Menular

15 Agustus 2018   21:44 Diperbarui: 15 Agustus 2018   23:13 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Energi listrik, energi olahraga, energi tubuh... Energi memang sering disebut-sebut dalam masyarakat sehingga terasa akrab di telinga kita. Apa sebenarnya arti kata energi? 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, energi adalah "kemampuan untuk melakukan kerja (misalnya untuk energi listrik dan mekanika); daya (kekuatan) yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan, misalnya dapat merupakan bagian suatu bahan atau tidak terikat pada bahan (seperti sinar matahari); tenaga".

Saya akan menceritakan tentang energi baik yang menular.

1. Menyemangati orang lain

Ketika energi kita memudar, kita dapat menyemangati orang lain. Di dalam hidup ini, dunia akan terlalu sempit jika kita hanya berpusat pada diri sendiri. Banyak orang di luar sana yang telah kehilangan energi karena berbagai alasan seperti penyakit yang sudah lama, ditinggalkan oleh orang-orang terkasih, tidak lulus kuliah tepat waktu, dan lain-lain. 

Mungkin juga ada yang hampir bunuh diri. Beberapa tahun silam, saya dan teman-teman pernah berkunjung ke rumah sahabat saya. Kami menyemangati dan mendoakan ayah sahabat saya yang menderita stroke. 

Keluarga sahabat saya merasa gembira.  Ketika kami berpamitan, tiba-tiba ayah sahabat saya yang awalnya tak bisa bergerak ini pun turut tertawa bahagia dan berjalan ke depan rumah. 

Saya melihat ada energi baik yang menular mulai dari sahabat saya, lalu ibu dan saudara-saudaranya, ayahnya. Tak berhenti di situ, saya dan teman-teman saya pun turut bahagia melihat keluarga ini bersemangat lagi. Kami terharu karena keluarga ini menyadarkan kami akan pentingnya jiwa pantang menyerah dalam merawat orang sakit.

2. Merasakan perasaan orang lain

Pada masa saya kuliah, beberapa dosen pembimbing memiliki persyaratan yang cukup tinggi sehingga proses pengerjaan skripsi anak-anak seangkatan saya cukup lama. Hanya sedikit yang lulus tepat waktu selama empat tahun, sedangkan yang lainnya mengulang mata kuliah, ada pula yang tinggal melengkapi syarat-syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi termasuk saya. 

Saat skripsi, dosen pembimbing saya operasi jantung. Beberapa orang mulai menyerang saya dengan pertanyaan, "Kapan wisuda?" Saya tak tahu harus menjawab apa. Kekhawatiran berkecamuk dalam pikiran saya. Saya hanya bisa berdoa dan menanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun