Mohon tunggu...
Priska NoyaSari
Priska NoyaSari Mohon Tunggu... Saya adalah seorang mahasiswa

Saya kuliah di kampus UNIKAMA

Selanjutnya

Tutup

Seni

Asal Mula Suku Kae di Mukun Manggarai Timur

10 Mei 2025   15:02 Diperbarui: 10 Mei 2025   15:02 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

ASAL MULA SUKU KAE DI MUKUN, MANGGARAI TIMUR

Suku Kae adalah salah satu suku terbesar yang ada di Manggarai Timur, yang penyebarannya saat ini sangat luas di berbagai daerah di sana. Masyarakat disana percaya dengan satu mitos yang konon katanya ada seorang gadis bernama Inding yang parasnya sangat cantik.Inding adalah satu-satunya perempuan tercantik yang ada di desa tersebut, karena kecantikannya banyak sekali pemuda yang ingin meminangnya.Pada suatu ketika Inding pergi ke sebuah kali kecil, dan kali itu satu-satunya sumber air yang ada di kampung tersebut.Pada waktu itu, ketika banyak orang yang datang menimbah air tidak terjadi kendalah apapun dan masih seperti biasanya.Namun, ketika gilirannya Inding air yang sebelumnya deras tiba-tiba tidak mengalir sedikitpun, ternyata di mata airnya sudah ditutupi oleh seekor ular besar (Nepa dalam bahasa Manggarai) namun ular tersebut tidak kelihatan.Ketika Inding mengeluarkan" loran"(tempat untuk menimbah air yang terbuat dari bambu zaman dulu) tersebut dari pancuran air maka airnya kembali mengalir tetapi ketika Inding memasukakan lagi loran tersebut ke tengah pancurannya air tidak mengalir kembali, pokoknya begitu-begiu terus. Inding merasa kaget dan sedikit takut, lalu ia bergegas meninggalkan tempat tersebut.Tetapi, saat ia pulang dia lupa membawa loran tadi.Akhirnya ular tersebut muncul ke permukaan sambil bernyanyi memanggil Inding:

"loran de diong hgo aw,

 ohh loran de Inding aw, 

Inding eww mai sepa ga"

Ular tersebut bernyanyi dua sampai tiga kali.Sialnya ular tersebut mengikuti Inding sampai ke rumahnya, tetapi wujudnya berubah menjadi seorang laki-laki tampan, gaga perkasa yang ingin menikahi Inding.Tanpa ragu kedua orang tua Inding menyetujui akan hal itu dan Inding pun langsung dibawahnya ke tempat asalnya yaitu"Tiwu Inding" yang berada di Wae Mokel bagian Timur Kecamatan Kota Komba Utara.

Seperti pada umumnya, tradisi di Manggarai yaitu jika laki-laki ingin menikahi perempuan maka pihak laki-laki akan membayar belis tergantung dari permintaan pihak perempuan.Begitu juga dengan calonnya Inding, ia membawah semua yang diminta oleh keluarga Inding.Beberapa bulan berlalu, Inding dan suaminya tidak pernah mengabari kedua orang tuanya, stentu sebagai orang tua mereka merindukan anakknya.Nah pada saat itu hal yang dilakukan oleh orang tua Inding adalah memberitahu lewat orang-orang yang akan pergi ke daerah bagian Timur.Inding menerima pesan itu, dan ternyata dia ternyata sudah memiliki seorang anak, ia bergegas untuk menemui ibu dan ayahnya.

Setibanya disana, ia langsung pergi ke kebun karena orang tuanya disana, orang tuanya tidak menanyakan apa jenis kelamin dari cucunya bahkan tidak pernah melihat wajahnya.Hanya ibunya yang menggendongnya sendiri dan ia membiarkan anaknya menangis asalkan orang tuanya tidak membuka kain yang menutupi anaknya tersebut.Keesokan harinya mereka kembali ke kebun, untuk membersihkan rumput-rumput sekeliling pondok mereka.Hari itu cukup panas dan Inding masih membersihkan sekeliling pondok, saat ia pergi ia berpesan kepada ibunya jika anaknya menangis biarkan saja jangan pernah untuk menyentu atau membuka kain penutupnya.Mungkin karena cuaca terlalu panas maka anaknya terus menangis, tetapi ibunya merasa kasian terhadap cucunya dan sangat penasaran maka ia membuka kain tersebut dan betapa kaget ibunya karena yang keluar adalah seekor ular.Betapa kaget ibunya sampai-sampai ia pingsan, Inding yang mendengar itu langsung takut dan berlari menuju pondok mereka, ia bertanya kepada ayahnya"apa yang terjadi?"belum sempat ayahnya menjawab iya melihat kain penutup anaknya telah dibuka dan anaknya si ular tadi telah kabur.Ia menangis, marah dan kecewa kepada ibunya sambil berkata ini pertanda tidak baik karena kesalahan kalian, kenapa ibu membukanya? Inding tak kuasa menahan air matanya.Ia berdiri dan berkata dengan sangat keras "mulai saat ini ibu dan ayah tidak akan bertemu Inding lagi, saya akan pergi dan tidak akan kembali, hubungan kita sampai disini saja." Ia memanggil anaknya(si ular tadi) dan pergi tanpa menoleh kebelakang.Ia kembali berjalan ke Timur, disana ada sebuah kali kecil ia berjalan ke dalam kali itu dan hilang dengan sendirinya.Saat ini kali tersebut telah berubah menjadi danau yang diberi nama "Tiwu Inding"atau dalam bahasa indonesa "Danau Inding"disana dikelilingi pinang, kelapa, dan daun siri.

Sampai saat ini masyarakat setempat tidak memburuh ular dan tidak mengonsumsinya.Mereka percaya bahwa ular adalah keturunan dari Inding, maka dari itu Suku Kae tidak mengonsumsi bahkan hanya sekedar menggunakan minyak ular atau naga pun mereka tidak bsa.Suku Kae sangat taat terhapat larangan tersebut karena mereka menganggap ketika mereka memakan ular atau menggunakan minyak naga, mereka memakan nenek moyang mereka sendiri.

Demikian mitos dari asal-muasal terjadinya Suku Kae dan Danau Inding di Mukun, Manggarai Timur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun