Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Langit Biru

14 Februari 2018   21:28 Diperbarui: 15 Februari 2018   21:48 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit Aceh. Dok Pribadi.

Hal yang sangat jarang kulihat di Jakarta adalah langit biru. Langit yang benar-benar biru. Polusi udara telah membuat langit tampak kusam. Berbeda dengan langit di Sumbawa. Tiga tahun lebih aku berada di Sumbawa, langit yang begitu bersih adalah pemandangan mempesona. Saking birunya, aku tak perlu menggunakan filter CPL di lensa kameraku untuk menghasilkan gambar yang aduhai.

Polusi udara itu salah satunya (bahkan 70-86%) berasal dari asap kendaraan bermotor. Kandungan sulfur hasil pembakaran bahan bakar menjadi asam sulfat di udara. Hujan di Jakarta menjadi berbahaya karenanya. Pokoknya, jangan sampai kehujanan di Jakarta. Hujan di Jakarta berpotensi besar membuat orang yang kehujanan menjadi sakit.

Sebuh standar emisi kendaraan bermotor diperlukan. Di Eropa, diterapkanlah standar emisi Euro yang banyak juga diadopsi oleh negara non-Eropa. Saat ini, standar yang berlaku di Eropa adalah standar emisi Euro 4. Kadar sulfurnya di bawah 50 PPM. Hasilnya lebih sedikit mencemari lingkungan.

Indonesia belum menerapkan Standar Emisi Euro 4. Saat ini, Indonesia baru menerapkan Standar Emisi Euro 2. Hal ini sudah diatur dalam Kepmen LHK No.141 tahun 2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

Tentu, standar Euro  4 akan jauh lebih baik. Namun, bukan semudah membalikkan telapak tangan untuk mewujudkan hal itu. Meski Euro 4 memiliki pengaruh signifikan pada penurunan hidrokarbon di udara dan efisiensi pemakaian bahan bakar, investasi besar diperlukan untuk penerapan tersebut.

Penyesuaian kendaraan yang diproduksi menjadi pokok kunci penerapan Euro 4. Harus dibuat kendaraan khusus untuk standar emisi tertentu. Bahan bakarnya pun harus ikut menyesuaikan standar itu.

Secara peraturan, kendaraan bermotor baru yang diproduksi tahun 2017 ke atas sudah harus berspesifikasi menghasilkan emisi kandungan sulfur 50 ppm, kandungan timbal yang tak terdeteksi, dan nilai oktan harus 91, dan akan diterapkan secara bertahap. Pertamina pun berupaya memenuhi aturan tersebut dengan keharusan menghasilkan BBM berstandar Euro 4 secara bertahap.

Bahan bakar bersulfur rendah yang sudah dihasilkan Pertamina adalah Pertamax Turbo. Pertamina pun memiliki program RDMP Kilang Pertamina Balikpapan, Cilacap, dan Balongan... yang kalau berhasil, akan menghasilkan BBM dengan standar emisi Euro 5.

Saya bersyukur pemerintah dan BUMN terkait sudah memiliki kesadaran lingkungan seperti itu.

Langit Sumbawa. Dok Pribadi.
Langit Sumbawa. Dok Pribadi.
Saya jadi teringat hal lain. Di Sumbawa, musim panas lebih panjang dari musim hujan. Bila hujan pertama kali turun, anak-anak (dan ada orang dewasa juga) akan memenuhi jalanan. Mereka mandi hujan-hujanan. Saya juga pernah ikut serta merayakan kasih Tuhan lewat air hujan tanpa takut sakit setelahnya.

Tentu, hal itu terjadi bukan karena kendaraan di Sumbawa sudah menerapkan standar emisi Euro 4. Namun, memang di Sumbawa sangat jarang ada kendaraan. Kualitas udara masih sangat terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun