"Komite sekolah kok ngurusin arisan wali murid sih!"
"Duh, duit lagi duit lagi. Tiap ada acara sekolah, pasti ada saja pungutan. Komite bisa gak sih menyampaikan ke pihak sekolah kalau kita keberatan. Kok malah nambah-nambahin biaya."
"Eh, komite sekolah itu sebenarnya cuma geng ibu-ibu gabut yang numpang eksis di acara sekolah anak."
Familiar dengan situasi tersebut? Selamat, itu artinya Anda telah memasuki era pendidikan masa kini, di mana peran orang tua tak lagi sebatas menyekolahkan anak lalu lepas tangan, tapi juga dituntut untuk aktif terlibat dalam setiap proses pembelajaran, termasuk menghadapi berbagai dinamika di lingkungan sekolah, seperti halnya drama yang melibatkan komite sekolah.
Masalah biasanya muncul ketika komite sekolah tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Alih-alih menjadi jembatan yang mempererat komunikasi antara sekolah dan orang tua, keberadaan komite justru memunculkan konflik horizontal antar wali murid.Â
Saya sendiri pernah mengalaminya saat anak saya bersekolah di jenjang TK A. Hal ini jelas bukan kondisi yang baik, karena orang tua jadi tidak fokus terhadap pendidikan anak, namun terpecah pada konflik-konflik yang tidak perlu.
Memang apa pentingnya komite sekolah? Berdasarkan Permendikbud Nomor 75 tahun 2016 Pasal 1 Ayat (2), Komite Sekolah merupakan lembaga mandiri beranggotakan orangtua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan memiliki sejumlah tugas dan fungsi.Â
Jika kita merujuk pada aturan tersebut, jelas bahwa komite sekolah memiliki peran strategis dalam mendukung peningkatan mutu layanan pendidikan. Maka, ketika peran dan fungsi ini tidak dijalankan dengan baik, akibatnya akan terjadi ketimpangan komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua.
Beruntung, drama tersebut tidak lagi saya alami setelah anak pindah ke sekolah baru saat masuk ke jenjang TK B. Di sekolah yang baru, komite benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu menjembatani komunikasi antara sekolah dan wali murid, membantu merancang program bersama, hingga mewadahi aspirasi dan menyampaikan kritik.Â
Menariknya, meskipun sama-sama sekolah swasta, biaya pendidikan di sekolah baru justru jauh lebih terjangkau, dengan fasilitas dan lingkungan yang lebih baik. Bukti bahwa sistem yang sehat tidak selalu harus mahal.