"Mbak, coba incipi sayur asamnya," kata istriku sambil menyodorkan sesendok sayur asam yang baru matang.
"Kurang garam Bu," kata putriku kemudian.
"Masa sih? Mas coba incipi sayurnya mas. Kata Arin kurang garam," pinta istriku.
Berbeda dengan yang dirasakan putriku, aku merasa sayur asam masakan istriku malah keasinan.
"Kata siapa kurang garam? Lha wong malah keasinan begini."
Ya, itulah karakter unik yang dimiliki garam. Ibuku dulu pernah menasehati agar aku punya karakter seperti garam. Seperti apa karakter garam itu?
Jangan Berlebihan, yang Sedang-sedang Saja.
Semua masakan akan terasa nikmat jika garamnya pas. Terlalu banyak garam menyebabkan makanan rusak, keasinan. Terlalu sedikit membuat makanan terasa hambar dan membosankan.
Hal yang sama berlaku untuk hidup kita. Apa pun yang berlebihan tidak baik untuk hidup kita. Makan dan minum berlebihan tidak baik. Terlalu cinta tidak baik. Terlalu benci tidak baik. Yang sedang-sedang saja, kata lirik lagu dangdut.
Garam Selalu Siap Bertanggung Jawab Atas Kesalahan
Kalau masakan terasa tidak enak, apa yang pertama kali disalahkan? Pastinya garam.
Tanpa garam, terlalu sedikit garam, atau terlalu banyak garam bisa membuat makanan tidak bisa dimakan. Memberi garam yang tidak tepat bisa mengubah hidangan yang sangat enak menjadi makanan yang hambar dan mencegah kita makan sama sekali.