Saya tidak mengatakan apa pun yang agresif atau defensif. Â Alih-alih berkata "kamu salah", saya bisa menanyakan padanya mengapa ide atau rencana saya tidak berhasil.
"Menurutmu, mengapa rencana ini tidak berhasil?"
Terkadang, seseorang sering melontarkan pandangan negatif tanpa bisa menjelaskan alasannya. Dengan menanyakan balik negativitas itu, saya ingin istri saya mengenali pendapatnya sendiri. Setidaknya dia bisa menyajikan alasan mengapa menurutnya rencana itu tidak berhasil.
Saya ingin mengundangnya untuk berbagi tidak hanya tentang apa yang dia pikirkan, tetapi mengapa dia berpikir seperti itu. Saya penasaran untuk memahami pemikiran dan pandangannya.
Bila saya berpikir pendapat saya lebih baik daripada argumentasinya, langkah berikutnya dalam aikido verbal adalah dengan menjelaskan pendapat tersebut: "Begini lho dik rencana saya itu..."
Langkah ini menciptakan keseimbangan dalam percakapan dan membuka diskusi tidak hanya tentang opini kita tetapi tentang apa yang ada di baliknya. Argumen diselesaikan melalui dialog.Â
Aikido Verbal Hanya Berhasil Apabila Ada Kesediaan Mengalah
Sebagai penutup, ketika masing-masing dari kami sudah menyampaikan pendapat dan alasan di baliknya dan tetap merasa paling benar, saya bisa berkata, "Yah, kalau begitu ayo cari solusi yang cocok untuk kita berdua."
Sikap kompromi dan kesediaan mengalah untuk mengambil jalan tengah setelah memahami mengapa lawan bicara tidak setuju adalah hasil yang lebih baik daripada terus berdebat dengan pendirian masing-masing.
Penting untuk dicatat, jurus aikido verbal hanya berhasil apabila kita bersedia melepaskan ego. Hanya dibutuhkan satu orang yang sadar untuk menghentikan pertengkaran.
Perdebatan tidak bisa dihindari dalam hidup. Tetapi dengan penuh perhatian dan kesediaan mengalah sementara, kita dapat berbicara dengan bijak, mendengarkan secara aktif, dan membawa empati dan cinta ke dalam perdebatan tersebut.