Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Takdirku Berbagi Kebahagiaan dengan Anak-anak Saat Mengajar Al Quran di TPQ

23 Desember 2020   20:21 Diperbarui: 23 Desember 2020   20:37 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi kebahagiaan dengan memberi kesempatan mengaji lagi di masa pandemi adalah saat paling berbahagia (dok.pri)

"Kami ini sudah tua, Mas Himam. Tidak bisa segesit dulu bila harus mengurusi TPQ ini lagi. Kemarin saja waktu saya fotokopi daftar santri, saya diingatkan sama tukang fotokopinya, 'Bu Heny, apa gak ada yang muda-muda di TPQ-nya. Kok Bu Heny sendiri yang fotokopi?'

Itu sebabnya, kalau nanti TPQ ini dibuka lagi, kami minta Mas Himam saja yang jadi operator, yang mengurusi semuanya. Kami hanya minta satu hal, ijinkan kami tetap mengajar. Cuma itu satu-satunya yang membuat kami bahagia."

Permintaan Bu Heny, kepala TPQ Al Kautsar Masjid Nailun Hamam disampaikan beliau beberapa bulan yang lalu. Sekaligus menjadi awal sesuatu yang baru dalam hidupku: mengelola dan menjadi guru mengaji di TPQ.

Sejak pandemi Covid-19, seluruh kegiatan mengaji di TPQ Al Kautsar Nailun Hamam dihentikan, sebagaimana pembelajaran mereka di sekolah. Bedanya, jika untuk pelajaran sekolah dilanjutkan secara daring, mengaji tidak bisa.

Bagi anak-anak, belajar mengaji Al Quran tidak bisa dilakukan secara online. Belajar mengaji tidak bisa hanya dengan diberi tugas lewat grup WhatsApp atau Google Classroom. Belajar mengaji juga tidak bisa dilakukan dengan sekedar memberi materi lewat siaran televisi.

Belajar mengaji membutuhkan interaksi langsung dengan guru mengaji agar anak-anak tahu letak kesalahan bacaannya. Tahu bagaimana tajwid bacaan Al Quran. Tahu apakah saat mereka membaca harakat dan huruf hijaiyah tertentu sudah benar dan baik pelafalannya.

Bagaimana bila anak-anak bertatap muka dengan gurunya lewat aplikasi teleconference?

Bisa sih, tapi seberapa banyak orangtua dan anak-anak yang bisa online dan memanfaatkan aplikasi teleconference untuk belajar mengaji? Berapa banyak guru ngaji yang mau mengajari murid-muridnya lewat aplikasi Zoom, misalnya.

Aku yakin, sedikit sekali orangtua atau guru mengaji yang punya pemikiran seperti itu, belajar mengaji dengan bertatap muka virtual. Untuk model pembelajaran seperti ini, butuh sumber daya digital yang lumayan besar.

Pandemi Covid-19 ini tak hanya membuat anak-anak kehilangan sumber ilmu mengajinya, mereka juga kehilangan sebagian kebahagiaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun